3 hari Senja istirahat di rumah. Selama itu juga Sandra mengambil libur kerja untuk merawat kakaknya. Sudah tidak peduli masalah uang, kesehatan kakaknya lebih dari segalanya. Sandra juga percaya, setiap hal ada jalan keluarnya, setiap rintangan ada solusisnya, setiap jalan buntu bisa di jebol.
“Mbak wes penakan gong?”
“Udah, besok udah siap tempur lagi di toko hehe.”
“Lak gong siap ojo lo mbak, tenanan aku ki.”
Senja tersenyum dan mengangguk. Dia baru menyadari, setelah kembali ke masa lalu ini. Ternyata adiknya bisa seperhatian ini, dan juga dia sangat bersyukur bisa mengulang momen bersama adiknya. Karena setelah menikah sudah sangat sulit bertemu dengan Sandra meski tinggal di kota yang sama, mereka jarang sekali berinteraksi.
Mungkin tujuanku hanya satu saat ingin kembali kesini, tapi ternyata aku terlalu fokus ke bang Langit. Sehingga melewatkan beberapa detail penting antara aku dan Sandra. Yah aku semakin yakin, memang aku harus menerima apapun kehidupan sepahit apapun itu. Dan berusaha dengan maksimal melewatinya. Bukti nya aku dan Sandra bisa membayar hutang, padahal awalnya kita pesimis dan sangat memaksakan diri untuk mencari tambahan uang supaya cepat lunas.
Hari ini hari terakhir Sandra membolos bekerja, besok dia dan Senja mulai bekerja lagi. Kali ini Senja yakin dia tidak akan di suruh pulang paksa karena sakit. Selama sakit Langit sering bertanya kabar melalui chat. Bahkan dia juga mengirimkan makanan ke rumah Senja secara tiba-tiba. Pandainya Langit dia selalu membeli dua porsi meski tidak tau Sandra sedanga ada di rumah atau tidak.
Ting! Ada pesan masuk dari Langit yang membuat Senja tersenyum manis. Bukan Gina kalau tidak penasaran. Dia langsung melihat paksa ponsel Senja. Melihat itu dari siapa sehingga membuat kakaknya tersenyum manis ini.
“Oh pantes guya guyu, bake chat e teko Langit ternyata. Duh seng berbunga-bungga atine, duh duh duh taman suegerr e podo mekar kembange.”
“Apa sih? Kayak gak pernah di chat ayang aja.” Lontar Senja yang mengejutkan.
“Hla emang wes pacaran??! Kok aku gak diomongi!”
“Ngambek, padahal belum sih hehe.”
“Halah bake HALU! Preett!”