Entah kenapa kali ini mimpinya terasa panjang sekali. Dia berada di rumahnya yang ditinggali setelah menikah dengan Langit. Terkadang disana ada Abian, ada Lora, ada Sandra, mertuanya bahkan kadang juga ada Gina versi masa depan.
Disana mereka juga mengobrol seperti biasa. Tapi Senja merasa tidak paham dengan apa yang sedang mereka bicarakan. Dia mulai ragu, apakah dia benar-benar sudah kembali lagi ke masa depan. Dan tidak akan bertemu Langit lagi? Rasanya belum bisa di terima.
Haruskah aku kembali kesini setelah gak ketemu bang Langit selama satu bulan kemarin. Gak, ini gak cukup. Aku mau ketemu bang Langit lagi, kalau bisa sampai peristiwa itu terjadi. Biar aku yang kecelakaan, jangan bang Langit. Batinnya bergejolak.
Hari demi-hari dia lalu dengan banyak diam memperhatikan orang-orang terdekatnya mengajak bicara, menawarkan manakan dan minuman. Bahkan mereka juga sering mengajak Senja jalan-jalan ke luar. Semua beraktivitas pada hal normal dan nyata. Dari pagi sampai malam Senja berada di dunia mimpinya.
Apa ini akhirnya? Perlahan dia kehilangan kesadaran di temani kerlap kerlip lampu malam kota. Lelah sekali rasanya.
***
Baru tidur sebentar, kemudian dia terbangun di ruangan yang sudah tidak asing lagi baginya. Ruangan putih hampa dan hening. Dia yakin sebentar lagi bayangan dirinya akan muncul.
“Hai sudah lama tidak bertemu ya.”
“Hmm...” Senja berdehem malas. Rasanya energinya habis di gunakan untuk bolak balik ke dua dunia. Otaknya lelah sekali beradaptasi dengan perubahan yang tidak pasti ini.
“Bagaimana kabarmu Senja?” Ucapnya.
“Baik, hah... aku kayaknya bener-bener udah ngerubah sejarah deh. Soalnya aku sama sekali gak ingat nih detail pertemuan sama bang Langit. Apalagi dia sempet hilang 1 bulanan. Pas balik dia jadi tambah tampan.” Keluh Senja.