Di kafe dekat tempat Langit bekerja.
Sore hari itu terasa sangat menyenangkan meski lelah setelah bekerja, Langit, dan teman-temannya sedang nongkrong di kafe sambil menikmati sebatang rokok dan kopi. Semua bahagia, terlebih Langit yang akhirnya berhasil mengungkapkan perasaanya ke orang yang dia sayang.
“Anzzay, kita dapat traktiran juga nih. Padahal kita gak berhasil kemarin buat momen romantis ala-ala di pantai.” Kata Dion.
“Ban bocor segala, untung aja pas belum berangkat ke pantai. Kemarin pas nambal ban di tanya bapaknya, mau nyekar mas. Kita Cuma anguk-anguk aja.” Lanjut Aaqil
“Gara-gara bunga itu? Emang kalian gak beli bunga yang di toko bunga gitu? Kalian beli bunga apa?” Langit penasaran
“Lah, Izzan nyuruhnya beli itu, bunga yang buat ke makam, tapi gak di kasih apa tuh air yang wangi-wangi. Jadi Cuma bunganya doang. Buat di taburin ke pantainya gitu katanya.”
“Annzzay pake bunga 7 rupa, lah gob**k kalian. Haha.” Dion tertawa.
“Lah mintanya bunga apa cuk?” Izzan kebingungan.
“Ya bunga yang itu lah, yang di rangkai, atau gak bunga apa kek, kan di toko bunga banyak pilihan cuk. Hahh untung aja gak jadi di pantai. Malu dong, nembak pakai bunga tujuh rupa. Emang gak bener kalian.” Langit kesal.
Semua tertawa. Mereka juga meminta maaf kepada Langit. Meski kesal Langit, tetap mentraktir teman-temannya. Dia juga tetap berterima kasih ke teman-temannya. Karena kalau bukan dukungan dari temannya dia masih ragu untuk mengungkapkan perasaanya ke Senja.
Mereka juga sudah merencanakan momen romantis supaya berkesan bagi Senja dan juga Langit. Mereka berencana untuk pergi ke pantai seperti saran dari Oliv. Kemudian, Langit menyatakan cinta di temani deburan ombak di belakangnya. Sederhana tapi untung tidak terlaksana, bayangkan saja jika terlaksana dengan Izzan yang akan menaburkan bungga tujuh rupa di pantai di tempat Langit akan menyatakan cinta. Memang waktu itu Langit meminta untuk membawakan bunga, saat kurang dari beberapa jam mereka mengeksekusi rencananya, tapi Langit tidak memberikan detail bunga seperti apa yang di minta.
Namun saat itu banyak sekali rintangan. Mulai dari Dion yang tiba-tiba di suruh masuk kerja karena hal penting. Kemudian ban motor Aaqil yang tiba-tiba bocor saat hendak melakukan perjalanan ke pantai. Dan Langit yang tiba-tiba diare sampai siang hari. Semua begitu tidak terduga. Sempat Langit pesimis karena semua rencananya gagal. Dia sampai tidak berani menghubungi Senja, awalnya. Tetapi karena rasa bersalahnya dia tetap memberanikan diri menghubungi Senja dan nekat datang ke rumah Senja meski dia tidak tau keberadaan Senja dimana.
Sore itu berjalan begitu cepat, mereka makan, minum, merokok, sambil bercanda. Tidak terasa hari semakin gelap. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, dan Langit juga harus bersiap untuk kuliah malam, dia masih ada satu mata kuliah yang harus di selesaikan sambil mengerjakan skripsi.
***
Di toko tempat Senja bekerja.