Di ruangan yang tidak asing bagi Senja.
Senja bertemu dengan Senja lainnya. Senja tersenyum penuh kemenangan. Sedangakan bayanganya hanya menampakkan ekspresi datar. Bayangan Senja menatap dengan tatapan dingin, yang bisa membuat merinding.
“Kenapa?” Tanya Senja.
“Kamu sudah puas?”
“Hmm belum lah, aku gak akan puas. Karena aku mau bersama bang Langit sampai kita menikah. Gak masalah aku tinggal di masa lalu, yang penting bisa bersama bang Langit.” Ucap Senja tegas.
Bayangan Senja langsung menyeringai. Kemudian, dia tepuk tangan sambil berjalan menuju Senja. Begitu dekat dia menepuk pundak Senja. Menatap mata Senja tajam.
“Jangan pernah melepaskan Langit!” Ucapnya
Tiba-tiba Senja terbangun dari mimpinya. Dia terenggah-enggah, ucapan terakhir bayangannya begitu menakutkan. Rasanya seperti di tekan dengan perasaan takut yang begitu besar. Jantungnya berdegup sangat kencang, keringat bercucuran, bahkan badan juga sudah mulai bergetar dan mulai sesak napas. Perasaan apa ini? Senja mulai panik, dia berusaha menggapai Sandra, tapi tubuhnya tidak bisa di kendalikan, terus bergetar hingga akhirnya dia menemukan cara sendiri, dengan mengatur napas. Perlahan dia mulai lebih baik, badannya yang bergetar juga sudah mulai mereda.
“Kenapa ya? Baru kali ini aku merasa ketakutan melihat dia di mimpi. Padahal biasanya aku gak begini.” Gumamnya.
Dia melihat jam, ternyata masih jam 12 malam. Senja ingin sekali melanjutkan tidurnya, tetapi karena takut dengan mimpi tadi, dan apa yang terjadi barusan dia memutuskan untuk terjaga sampai nanti mungkin akan tertidur jika lelah. Namun seiring berjalannya waktu dia masih terjaga, dia sangat ketakutan. Selain takut bermimpi bertemu bayangannya, dia juga takut seperti tadi tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Dan pada akhirnya Senja terjaga sampai pagi. Dia baru bisa tidur saat ada sinar matahari yang perlahan muncul. Tubuhnya mulai lelah, matanya semakin berat, sudah tidak bisa di tahan lagi. Tetapi dia tidak ingin membolos kerja hari ini. Dia harus tetap kerja, apalagi hari ini Langit berjanji akan menjeputnya sepulang kerja nanti. Dia tidak akan melewatkan satu pun momen bersama Langit.
Senja bersiap kerja hari itu, dengan kantuk yang luar biasa. Saat dibonceng Sandra kena angin jalanan, terasa seperti di timang-timang. Terlebih jalan sedikit lenggang sekarang. Biasanya Senja akan mengomel karena cara Sandra mengemudikan motor sudah seperti pembalap. Tapi kali ini dia diam saja sambil berusaha keras menahan kantuknya.
Sampai di toko dia agak linglung, yang seharusnya dia absen dulu. Dia langsung naik ke lantai atas untuk bersih-bersih. Beruntung ada Gina yang mengkagetkannya sebelum dia melangkah menaiki tangga.
“Kenapa Gin, kaget tau!” Kesalnya.
“Emang udah absen?”
“Oh iya!”