Senja Tanpa Langit

Eiiya
Chapter #37

Episode 36

Hari-hari berjalan seperti yang Senja harapkan. Menghabiskan waktu lebih lama dengan Langit. Setiap pulang kerja dia di jemput Langit, menikmati angin malam yang sejuk, lampu malam yang indah. Kadang mampir di angkringan, membeli bakpau, nasi/mie goreng, cemoe atau penjual apapun yang sering berjualan di malam hari. Hingga akhirnya Langit mulai mengerjakan skripsi. Langit jarang menjemput Senja pulang.

“Manyun mulu, gak dijemput ayang?” Ucap Gina.

“Iya, dia sibuk skripsian. Seenggaknya kan ada waktu sekali dalam seminggu gitu jemput aku. Ini gak, sama sekali dia gak ada waktu.” Kesal Senja.

“Ja, orang-orang kalau ngerjain skrispi emang gitu deh kayaknya. Tuh mbak Kiki aja dulu skripsian juga sampai ijin berkali-kali.”

“Eh iya ya, tapi kan seharusnya tetep bisa ngabarin, orang Cuma ngetik doang berapa menit sih!” Kesal Senja.

Gina hannya diam dan berlalu begitu saja, tidak mau lagi dia mengomentari atau menasehati sahabatnya itu. Sepertinya memang sudah sekesal itu. Dan Senja juga masih mengomel sambil melipat beberapa pakaian di depannya.

**

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Toko sudah tutup, kini Senja berjalan ke mes untuk menunggu Sandra pulang. Kali ini dia tidak menunggu di dalam, tapi dia menunggu di teras mess sambil memandangi langit yang mendung. Udara malam itu terasa dingin bagi Senja. Saat melamun tiba-tiba terlintas wajah ibu mertuanya dari masa depan. Senja terkejut jantungnya berdebar begitu kencang. Wajah ibu mertuanya begitu terlihat jelas tadi. Terlihat lelah tapi tetap berusaha tabah.

“Mbak ayo moleh!” Teriak Sandra.

“Iyaa.”

Senja bergegas menghampiri adiknya yang sudah siap di depan gerbang. Malam ini terasa panjang sekali, aneh pemandangan lampu malam terasa begitu indah. Lampu iklan yang biasanya dia lihat juga terasa menarik kali ini. Penjual kaki lima yang berjajar di sepanjang jalan membuat semakin syahdu. Sambil menikmati indahnya malam dia juga berpikir kenapa wajah ibu mertuanya tiba-tiba muncul tadi. Dan ekspresinya itu, membuatnya merasa seperti ada yang mengganjal.

“Apa aku kangen ibuk ya?” Gumamnya.

**

Beberapa hari berlalu.

Lihat selengkapnya