Saat membuka mata Senja sudah kembali ke masa lalu. Benar kan apa yang Senja pikirkan, dia pasti akan kembali ke masa lalu. Tidak peduli dengan apa yang terjadi di masa depan. Kemarin dia anggap mimpi buruk baginya. Sekarang waktunya untuk bersiap jalan-jalan dengan Langit. Saat Senja sedang berkaca memilih baju. Dia baru menyadari bahwa sekarang dia lebih gendut. Pipinya dia memperhatikan tubuhnya dari atas sampai bawah.
“Kok aku tambah gendut ya? Gak kerasa. Besok lah diet.” Ucapnya.
Kemudian, dia kembali lagi memilih baju. Hari ini dia memilih memakai baju berwarna putih dengan rok wiru coklat muda. Warna yang soft di pakai jalan-jalan di air terjun. Dia berencana untuk mengambil banyak foto, makanya dia harus berpakaian yang menurutnya terbaik.
“Permisi, Senja.” Teriak seseorang dari luar rumah, suaranya sangat di rindukan.
“Iya bang, bentar.”
Senja membuka pintu rumahnya, berjalan ke pagar. Melihat Langit terlihat tampan sekali. Memakai baju hitam de(di cari dulu ide outfit cowok). Senja sangat senang melihat kedatangannya. Dia membuka pintu, mempersilahkan masuk dan membuatkan minuman untuk Langit.
“Nih, kok udah dateng sih. Katanya berangkat jam 8, ini masih jam 7 loh.”
“Gak apa-apa pengen nungguin kamu dandan aja.” Ucap Langit.
Senja tersipu malu. Kemudian dia kembali ke kamar untuk berdandan. Kali ini dia berdandan cepat karena ingin cepat menghabiskan waktu bersama Langit.
20 menit berlalu.
Senja sudah siap. Dengan riang dia langsung mengajak Langi berangkat.
“Cantiknyaa.” Puji Langit.
“Apa sih, malu. Ayo berangkat.”
Mereka berangkat naik motor menuju wisata air terjun besuki. Perjalanannya tidak begitu panjang, tetapi cukup menegangkan, karena mereka harus melewati tanjakan yang lumayan tinggi serta berkelok kelok. Langit ekstra hati-hati karena saat mereka berangkat cuaca seedang mendung, sehingga perjalanan menuju air terjun besuki cukup berkabut. Selama perjalanan mereka lebih banyak diam, karena Langit fokus menyetir sedangkan Senja menikmati indahnya perjalanan, meski agak deg degan karena melewati banyak jurang.
Sampai di tempat wisata. Langit meregangkan dulu tubuh dan tengannya. Cuaca hari itu mendung jadi jalanan agak licin. Setelah istirahat sebentar baru Senja dan Langit menuju air terjun. Akses menuju sana tidak lah sulit, karena sudah ada tangga buatan. Hanya saja mereka harus ekstra hati-hati karena jalanan licin. Senja berpegangan erat sekali ke Langit.
“Hati-hati, gak usah buru-buru.” Ucap Langit lembut.
Senja tersenyum manis sekali. Semakin erat di menggengam tangan Langit. Sampai di dasar, Senja memilih untuk main air disana saja. Dia takut pergi naik ke tempat yang lebih dekat ke air terjun. Biasanya orang-orang mengambil spot foto disana yang memperlihatkan air terjun yang indah itu.
“Udah disini aja? Gak mau kesana?” Tanya Langit.
“Iya capek ah. Kamu juga kasihan, nanti kan pulang masih nyetir. Udah duduk disini aja, sambil main air. Udaranya sejuk, nikmati aja.” Senja begitu riang.
Kemudian dia menatap Langit. Kali ini ada yang berbeda, entah kenapa wajah Langit terlihat agak pudar. Kemudian dia berusaha mengengam lagi tangan Langit lebih erat.
Enggak, kayaknya aku capek deh, fisiknya terasa kok. Aku capek aja. Batin senja sambil tersenyum.
Sudah 15 menit berlalu tidak ada percakapan antara Senja dan Langit. Dia hanya melihat orang-orang lalu lalang main air dan mengambil foto untuk kenang-kenangan.
“Oh iya, kita harus foto.” Senja hendak mengambil ponsel di tasnya.
“Sayang, sudah ya... Kamu balik ya, udah cukup sampai disini.” Ucap Langit.