Ribuan mahasiswa yang berpakaian hitam putih sudah berbaris rapi di lapangan utama kampus, menunggu instruksi dari ketua panitia ospek tahun ini. Di depan barisan sudah tertulis nama setiap fakultas serta jurusan agar para mahasiswa baru tidak kesulitan untuk mencari barisan masing-masing. Sedangkan di atas forum sana sudah ada beberapa panitia yang akan menjadi pelaksana kegiatan ospek. Meski belum mendapatkan intruksi dari MC acara ospek, semua mahasiswa baru tetap diam dalam posisi tegak sempurna hanya ada beberapa yang masih asik mengobrol satu sama lain.
Seorang pria dengan rahang kokoh, hidung mancung, mata yang menyiratkan ada ketajaman, wajah dingin bagaikan es kutub yang sulit dicairkan dan tubuh tegap yang terbalut oleh almamater kebanggan kampusnya berjalan dengan langkah lebar menuju forum. Ia mendekat pada salah MC untuk memulai acara ospek. Setelah mendapatakan anggukkan dari MC, lantas ia turun dengan kedua tangan yang tersimpan di saku celananya dan tak lupa tatapan tajam tanpa menoleh sedikitpun pada mahasiswa baru yang diam-diam mengaguminya, bahkan memandangnya dengan terang-terangan.
Siapa yang tidak terpesona dengan ciptaan Tuhan yang hampir sempurna itu?
“Selamat pagi semuanya,” sapa MC ospek dengan senyuman lebar yang mengarah pada seluruh mahasiswa baru.
“PAGI KAK!”
Acara ospek mulai berjalan dengan serangkaian kata sambutan dari dekan dan ketua rektor serta ketua panitia acara ospek.
Semangat pagi masih ada pada gadis yang tengah berlari dari gerbang kampus menuju lapangan utama. Jantungnya berpacu lomba, wajahnya sudah mulai pucat saat menerima kenyataan bahwa dirinya terlambat 20 menit, bahkan kata sambutan pun sudah selesai. Tidak ada pilihan lain selain bergabung dengan teman sejurusannya, matanya terus mencari dimana letak keberadaan jurusannya. Hingga seorang gadis memakai almamater kampus datang menghampirinya.
“Kamu terlambat, ke depan sekarang.” Katanya, dan Senja mengangguk pasrah.
Dengan langkah ragu Senja tetap berjalan menuju forum dengan gadis cantik disebelahnya. Semua mata memandang ke arah Senja, dan itu sudah menjadi jalannya kehidupan.
“Kamu terlambat 30 menit, apa alasan kamu?” ketua panitia ospek itu bertanya dengan nada wibawa.
Senja menatapnya, lalu berkata, “Saya jalan kaki dari rumah kak,”
Seandainya saja Senja tidak membantu Dela untuk mengantarkan barangnya ke kampus Dela sudah dipastikan dirinya tidak akan terlambat apalagi sampai dipermalukan didepan ribuan mahasiswa, seperti sekarang ini.
“Oke, kali ini kamu tidak akan dihukum, tapi kalo besok masih terlambat kamu tahu apa konsekuensinya!”
Senja mengangguk paham, dan kembali berjalan menuju barisan jurusannya setelah mendapat perintah dari ketua panitia ospek. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri yang terlambah terlebih lagi menjadi sorotan bagi seluruh mahasiswa baru. Gadis itu berdiri dibarisan belakang, tubuhnya yang pendek tidak mampu melihat dengan jelas ke forum depan sana.
“Hey kenalin gue Naumi,” seorang gadis dengan rambut kucir satu, dan berdiri di depan Senja mengulurkan tangannya ke arah Senja.
Senja tersenyum, lalu menjabat tangan gadis bernama Naumi itu, “Senja.”
“Mulai dari sekarang kita temenan, ya.” Ucapnya lagi dengan nada yang terdengar ceria sekali.
Lagi dan lagi Senja tersenyum, ternyata dirinya bisa mempunyai teman lagi setelah sekian lama dirinya dijauhi oleh orang-orang karena masa lalu yang dianggap buruk.
Acara ospek terus berlanjut dimana seluruh mahasiswa baru dimintai untuk memasuki gedung kampus, agar dapat melaksanakan semninar. Berbagai narasumber hadir dengan berbagai materi yang dibawakan, membuat ribuan mahasiswa baru merasakan kejenuhan dan rasa pegal yang menyerang saat harus duduk berjam-jam.
Dan itu adalah bagian dari ospek. Jika panitia lelah maka mahasiswa barunya harus lebih lelah.
***