ALASKA berjalan masuk ke gedung fakultasnya, dengan tangan yang ia simpan disaku celananya. Pandangannya hanya lurus kedepan. Ia memikirkan beberapa tugas BEM yang belum diperiksa.
Baru saja ingin menaiki anak tangga, satu lengan Alaska sudah ditarik oleh seseorang dari arah belakang dan membuat Alaska hampir terjatuh.
"Ikut gue ka!" ucap Abi.
Alaska membalikkan badannya, menatap Abi bingung, sebelah alisnya terangkat.
"Kantin." lanjut Abi, mengerti isi kepala Alaska.
Alaska menghela nafas berat, sambil mensejajarkan langkahnya dengan Abi. Wajah Alaska hanya datar dan dingin.
Mereka berdua berjalan menuju salah satu stand kantin, yang berada ditengah antara fakultas kedokteran dan fakultas hukum. Ya, Alaska dan Abi merupakan mahasiwa hukum semester 5.
Kedua manusia itu duduk dibangku paling depan dekat pohon. Lagi dan lagi Alaska menghembuskan nafasnya. Sedangkan Abi, memesan dua kopi panas untuk pagi ini.
"Nih minum dulu." ujar Abi seraya meletakkan kopi didepan Alaska.
Abi menarik kursi dan duduk didepan Alaska. Menghembus pelan kepulan asap kopi yang masih hangat hingga mengepul ke udara.
"Jelasin ke gue!" ucap Abi langsung.
Alaska mengernyitkan keningnya tak mengerti. Apa yang harus Alaska jelaskan? Tentang materi kuliah hari inikah atau pertanyaan yang diajukan untuk Alaska saat Alaska presentasi nantinya?
"Jelasin apa?" tanya Alaska dingin sambil mengibas kepulan asap kopi.
"Cewek yang lo bonceng!"
Alaska diam. Ah, dia baru menyadari bahwa kemarin malam saat ospek terakhir semua mata tertuju padanya karena ia membawa Senja pulang bersama.
"Bukan siapa-siapa." jawab Alaska berbohong, sedetik kemudian ia menyesap kopi kemulutnya saat ia rasakan kopi itu sudah bisa dinikmati.
"Gue tau lo ka, jadi lo gak usah berbohong."
Abi masih kekeh dengan ucapannya. Karena Abi tidak percaya pada sahabatnya ini. Ia sangat tau bagaimana Alaska jujur dan bagaimana Alaska berbohong karena mereka sudah mengenal sejak kecil.
Alaska menghela nafasnya sembari mendekatkan wajahnya ke Abi, ia membuka mulutnya untuk bersuara.
"Dia cewek yang terpaksa gue nikahin!" ucap Alaska pelan sarat akan ketidaksukaan.
Untuk senejak Abi terdiam, kemudian mendorong dahi Alaska dengan telapak tangannya. Membuat Alaska kembali ke posisi semula.
"Bercanda lo gak lucu kali ka!" Abi terkekeh geli diakhir kalimatnya.
Alaska tidak tahu, kenapa Abi tidak percaya juga saat ia jujur? Laki-laki itu kembali menyesap kopinya dengan nikmat. Pandangannya hanya fokus ke arah pintu kantin.
"Terserah mau percaya apa gak!" ucap Alaska dingin.
"Lo serius ini?" tanya Abi memastikan.
"Sekali lagi lo nanya serius apa gak, lo yang bayarin kopinya!"
Ucapan Alaska mampu membuat Abi bungkam, ia tidak mengira jika Alaska serius dalam hal yang sedang mereka bicarakan.
"Lo hamilin dia?"
Alaska yang menyesap kopinya mendadak tersedak karena pertanyaan yang dilontarkan oleh Abi. Alaska meletak kopinya kembali, menatap Abi dengan tajam. Dan Abi? ia biasa saja dengan tatapan itu.
"Gak!!" jawab Alaska cepat.