Aku sangat mencintai, aku akan menjaga apa yang sudah menjadi milikku.
****
Senja memberanikan untuk membuka suara lagi.
"Amalia siapanya presma?"
Senja menggigit bibir bawahnya, tertunduk setelah mengucapkan itu. Untuk saat ini ia takut ditatap oleh Alaska akibat pertanyaan yang tak berfaedah itu.
Alaska yang mendengar pertanyaan itu, kembali mendongakkan kepalanya. Pena yang berada ditangannya ia letakkan dimeja dengan kasar. Matanya sudah menatap Senja dengan tajam, sementara gadis itu hanya tertunduk.
"Dia orang yang mau saya nikahin, tapi saya malah menikahi gadis murahan seperti kamu!!"
Suara Alaska meninggi, membuat Senja semakin takut berada disini. Alaska berdiri dari duduknya. Jari telunjuknya mengarah pada Senja. Matanya sudah berkilat api setiap kali berhadapan dengan Senja.
"Kamu sudah merebut semua kebahagiaan saya!!!" bentak Alaska.
Alaska tak akan pernah bosan untuk mengulang kata tersebut. Entah kenapa Alaska merasakan sesak didadanya ia sangat tersulut emosi saat mengingat bahwa Senja telah merebut impiannya untuk menikahi Amalia.
Senja diam. Penuturan Alaska membuat hatinya sakit. Apalagi mendengar bahwa Amalia adalah gadis yang ingin dinikahi oleh Alaska.
Mata Senja mulai berkaca-kaca. Tangannya tergerak menyeka airmatanya. Mengangkat kepala, membalas tatapan Alaska didepannya.
"Saya bukan perempuan murahan yang seperti kamu pikirkan," lirih Senja.
Ia harus membela diri bahwa dirinya tak semurahan yang dipikirkan oleh Alaska. Senja bingung, kenapa Alaska masih bertahan dengan kata murahan itu?
"Jika kamu bukan perempuan murahan, kenapa kamu sudah memiliki anak?"
"Apa masalalumu, kamu habis dengan berada ditempat hiburan malam?"
"Melayani setiap pria yang datang?"
"Menjual tubuhmu hanya untuk mendapatkan uang? Bukankah begitu?"
Alaska benar-benar tersulut emosi saat ini.Wajah Alaska sudah merah, aura matanya tersorot amarah yang besar.
Senja sudah terisak menangis, akibat ucapan Alaska yang menusuk ulu hatinya. Alaska benar-benar kejam! Ia sama sekali tidak memikirkan perasaan Senja untuk saat ini.
"CUKUP!!" teriak Senja.
Airmata gadis itu sudah resmi membasahi wajahnya. Senja menghapus airmata dengan punggung tangannya. Ingin rasanya ia menampar suaminya itu dengan kasar. Tapi Senja tak punya cukup keberanian. Ia takut jika Alaska akan menyiksanya.
"Ka..ka.kamu boleh katakan saya a..a..apapun," ucap Senja tersedu-sedu diiringi isak tangisnya. "Saya tidak akan marah, karena... "
Senja menghela nafasnya berat. Matanya masih setia menatap mata Alaska. Sedetik kemudian ia melanjutkan kalimatnya.
"Saya mencintai kamu sejak dulu."
Setelah mengatakan itu. Senja segera berbalik badan. Berlari keluar dari ruangan Alaska dengan tangisnya yang benar-benar pecah saat ini. Tangis karena ucapan Alaska yang kasar itu.
Sementara Alaska, ia membeku ditempat saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Senja. Alaska terduduk dikursinya. Bagaimana bisa gadis itu mencintai Alaska sejak dulu? Sedangkan Alaska sama sekali belum pernah bertemu dengan Senja.
••••
Senja berjalan masuk menuju apartemen. Airmata yang ia tahan terus saja keluar hingga membuat mata Senja sembab. Alaska memang membuatnya semakin sakit. Satu tangan Senja segera membuka pintu apartemen.
"Bundaaaa..........." gadis kecil yang duduk disofa bersama Handoko dan Elvina berlari ke arah Senja.
Senja sedikit terkejut, akibat keluarga Alaska yang sudah berada di apartemen. Dengan cepat Senja mengusap airmata diwajahnya. Ia tak ingin mertuanya tahu bahwa ia menangis karena Alaska.
Senja mensejajarkan tingginya dengan Caca agar ia leluasa memeluk anak itu. Handoko dan Elvina saling menatap satu sama lain, karena melihat Senja dalam keadaan menangis.