"ARGHHHH......"
suara teriakkan Alaska terdengar bersamaan dengan barang-barang yang jatuh ke lantai. Senja terpelonjak kaget, dan berjalan tergopoh-gopoh menuju kamar.
Senja menutup mulutnya saat melihat Alaska terduduk di dinding dengan tangan yang meremas kuat rambutnya, wajahnya tertunduk kebawah.
Hati Senja sesak melihat Alaska yang seperti ini. Laki-laki yang dulu ia cintai tak seperti ini. Dengan cukup keberanian Senja melangkahkan kakinya mendekati Alaska. Ia akan terima apapun jika laki-laki itu marah. Senja hanya ingin menenangkan suaminya.
Senja berdiri disamping Alaska ia tidak tau harus berkata apa untuk saat ini. Suasana kamar itu seakan mencekam untuk Senja.
"Puas kamu??" lirih Alaska dengan wajah yang tertunduk. Saat sadar bahwa istrinya itu ada didekatnya.
"Apa saya semurahan itu dimata kamu?" tanya Senja hati-hati.
"Kamu lebih murahan!!"
Senja menghela nafasnya. Ia berjongkok didepan Alaska untuk bisa menatap suaminya. Senja seakan mulai terbiasa dengan kata murahan tersebut.
"Saya disini akan selalu ada buat kamu."
"Apapun yang terjadi sama kamu saya akan terima."
Senja harap ucapannya ini tidak membuat Alaska semakin marah. Lelaki itu diam. Ia masih setia meramas rambutnya hingga berantakan.
Alaska berdiri dari posisinya, menarik pundak Senja untuk ikut berdiri. Senja tidak tahu perasaan seperti apa ini saat dirinya berhadapan dengan Alaska. Mata hitam pekat milik Alaska menerobos masuk mata coklat Senja. Api kemarahan sedang berkobar dimata Alaska.
"SAYA TIDAK MENGINGINKAN KAMU HADIR DIHIDUP SAYA!!" bentak Alaska mencengkram bahu Alaska dengan kuat.
"Jika kamu tidak menginginkan saya untuk saat ini, saya harap kamu akan terima saya suatu saat nanti," ujar Senja tenang, tatapan Alaska ia balas dengan sendu.
Senja berulang kali mengerjapkan matanya. Agar butiran bening tak tampak dimatanya. Namun hal itu mustahil, airmata itu jatuh dan luruh dipipinya. Ia sedikit merasakan kesakitan akibat cengkraman Alaska yang sangat kuat dibahunya.
Wajah Alaska sangat menyeramkan bagi Senja. Kamar yang tampak indah itu layaknya api neraka untuk Senja ketika Alaska berada dalam keadaan marah.
"SAYA BENCI KAMU!!" teriak Alaska melepas cengkraman bahu Senja dengan kasar.
Bruk!!
"KELUAR KAMU!!"
Teriak Alaska sekaligus mendorong tubuh Senja. Membuat gadis itu meringis kesakitan. Dahinya berbenturan keras dengan sudut nakas. Darah segar mengalir didekat dahinya. Senja mengusap luka kecilnya ia rasakan ada darah.
Dengan rasa sakit yang menyerang, Senja bangkit dari jatuhnya. Sekilas ia menatap Alaska yang terdiam ditempat. Senja terluka karena Alaska. Suaminya sama sekali tidak berniat membantu Senja, jangankan membantu, berbicara saja Alaska tidak mau. Sekejam itukah Alaska?
Dengan berat hati Senja melangkahkan kakinya keluar kamar. Dengan tangan yang memegang dahinya. Senja sadar Alaska begitu karena dirinya. Seperti apapun Alaska, Senja tidak akan marah karena rasa cinta yang dulu Senja hadirkan untuk Alaska kini tumbuh setelah bertemu dengan Alaska lagi. Bahkan rasa itu semakin tumbuh tak membuat Senja sedikit pun membenci Alaska.
Senja berjalan mencari kotak p3k untuk mengobati luka didahinya. Tapi ia sama sekali tidak menemukan kotak tersebut. Kemudian ia memilih untuk duduk disofa dengan tisu sebagai pembersih lukanya.
Tapi darah yang senja tutup dengan tisu, justru semakin terus keluar. Ia merasakan kesakitan akibat luka yang terlalu dalam. Sudah luka dihatinya kini ditambah lagi luka didahinya. Semenyedihkan itukah hidup Senja?
Senja mendengar suara langkah kaki dan Senja yakin itu Alaska yang keluar dari kamar. Senja juga tak berniat memandang ke arah suaminya itu. Mungkin untuk saat ini Senja tidak ingin menganggu Alaska. Membiarkan Alaska dengan kesendiriannya jauh lebih baik, daripada mendekati manusia kejam seperti Alaska.
Senja merasakan sofa yang didudukinya bergerak merasakan seseorang duduk disampingnya. Senja sedikit menoleh kesamping.