Senja yang tak pernah pulang

Yuni ekawaty
Chapter #2

Undangan yang tak diinginkan

Senja membuka ponsel dengan malas. Layar penuh notifikasi grup yang tak pernah ia baca—grup alumni SMP, tempat orang-orang berlomba memamerkan kehidupan sempurna mereka. Ia berniat keluar dari grup itu berkali-kali, tapi selalu ragu. Mungkin karena diam-diam, ia masih ingin merasa terhubung. Meskipun hanya sebagai penonton.

Pesan dari Jelita muncul paling atas.

"Senjaaaa! Datang yaa, minggu depan reuni di kafe baru deket kampus! Harus dateng, please! Jangan ghosting terus!"

Senja menatap pesan itu lama. Tangannya ingin langsung mengetik nggak bisa, tapi jemarinya ragu.

Ia tahu Jelita. Gadis itu tak akan menyerah begitu saja. Mereka memang pernah dekat, dulu. Tapi setelah SMP, hidup membawa mereka ke arah yang berbeda. Jelita tumbuh menjadi perempuan yang gemerlap, bebas, dan berani. Senja? Ia tumbuh menjadi bayangan dirinya sendiri.

Ayah Senja melintas di ruang tamu, suara televisi menyala keras, seperti biasa. Ibunya menghilang entah di mana. Rumah terasa semakin pengap.

Senja kembali menatap pesan itu, lalu mengetik:

"Oke. Aku coba datang."

Hanya itu. Tapi dadanya sesak seperti habis berlari jauh.

---

Minggu berikutnya, Senja berdiri di depan kafe dengan dada berdebar. Tempat itu hangat dan ramai, dengan lampu kuning redup dan aroma kopi yang menenangkan. Ia melangkah pelan, mengusap rambutnya yang sedikit basah karena gerimis. Langkahnya berat. Setiap suara tawa di dalam membuatnya ingin berbalik pulang.

Namun ketika pintu terbuka, seseorang menyapanya lebih dulu.

"Senja?"

Suara itu—hangat, akrab, namun lebih dalam dari yang ia ingat.

Ia menoleh. Seorang pria berdiri di sana, mengenakan jaket cokelat dan senyum yang Senja kenal betul.

Lihat selengkapnya