Senja menatap layar ponsel yang perlahan meredup. Pesan dari Jingga masih terngiang-ngiang di kepalanya, seolah setiap hurufnya mengguratkan luka baru.
"Besok jadi ke Bandung kan? Aku udah booking penginapan kita."
Penginapan. Bukan sekadar pertemuan singkat seperti yang Brian katakan dulu.
Ia duduk di tepi ranjang, jari-jari kaku menelusuri seprei sambil mencoba merapikan napasnya. Tapi perasaannya seperti lemari tua yang dibuka paksa—semuanya tumpah berantakan.
Tak ada air mata malam itu. Hanya dingin dan kosong.
Esoknya, Brian kembali muncul di depan rumahnya dengan senyum hangat dan dua gelas kopi.
"Selamat pagi, cantik," ucapnya ringan, seolah tak ada yang berubah.
Senja hanya mengangguk. Ia tak punya energi untuk berpura-pura pagi itu.
"Masuk, yuk."
Di ruang tamu, Brian berbicara tentang proyek barunya, tentang bos yang menyebalkan, tentang cuaca yang tak menentu—semuanya, kecuali tentang Jingga.
"Aku pergi ke Bandung lusa. Ada kerjaan sebentar," katanya, seolah sedang membaca naskah yang sudah ia hafal di luar kepala.
Senja menatap matanya. “Sendirian?”
Brian terdiam satu detik terlalu lama sebelum menjawab, “Iya, dong.” Lalu tersenyum. Manis. Berlebihan.
Senja hanya menjawab dengan senyum tipis. Di dalam hatinya, sesuatu mulai remuk.
~~~
Esok hari
Di ruang kelas, tawa anak-anak SD kelas tiga terdengar riuh saat Senja menggambar bentuk-bentuk awan di papan tulis.
“Coba, siapa tahu jenis awan yang paling tebal dan bisa menurunkan hujan?” tanyanya dengan senyum tipis.
“Cumulonimbus, Bu!” jawab seorang anak dengan semangat.
“Pintar sekali, Rafi!” ucap Senja sambil mengacungkan jempol.
Namun di sela senyum itu, ponselnya yang ia simpan di laci meja bergetar pelan. Sebuah notifikasi muncul: pesan dari Brian.
Brian:
“Kamu udah makan belum, Sayang? Jangan lupa sarapan, ya. Jangan ngambek terus 😘”
Senja menatap layar sejenak sebelum menutupnya kembali. Ia tidak membalas.
“Bu Senjaaa, aku boleh gambar pelangi juga nggak?” tanya Dinda dari bangkunya.
Senja tersadar, lalu tersenyum lembut. “Tentu boleh, Sayang. Justru pelangi datang setelah awan gelap, kan?”