≠Dari pada jujur dikit mending boong dikit
“Ok...siapa namanya?” tanya pura-pura Zeno mulai beraksi.
“Eh...saya Raisa Kak”
“Oh...sebentar...saya liat dulu formulirnya yah...oh iya-iya Raisa.” Ujar Zeno dengan topeng wibawa yang makin erat melekat di wajahnya.
“Ok...Raisa...kenapa kamu ingin bergabung di MALIKA?”
“Ehm...saya bergabung di Malika karena saya mencintai alam Kak.”
“Oh saya juga.” spontan Zeno norak.
“Apa buktinya kamu mencintai alam?” tanya Zeno
“Ya...saya suka naik gunung, suka ke pantai, ehm...suka jelajah hutan.”
“Wah...kok sama ya? Kok bisa gitu ya? Ternyata kita punya banyak kesamaan yah...jodoh emang ga akan kemana. Eh... maksud Saya...eh...kamu sudah kemana aja...maksudnya sudah ke gunung mana aja?”
“Semeru, Rinjani, Merapi, Gunung Salak, ehm...lupa lagi Kak”
Prak...!!!
Zeno kena K.O. tak satupun dari sekian nama gunung itu pernah didakinya. Ia baru naik dua gunung, Gunung Tangkuban Perahu saat tamasya bersama keluarga dan Gunung Pangrango saat diksar tahun lalu.
“Wah...bagus-bagus itu.” Puji Zeno menyembunyikan kegugupannya.
“Iya bagus-bagus banget kan Kak?” tanya Raisa, salah faham.
“Iy...iya..ya...bagus-bagus.”
“Kalau aku favoritnya Semeru Kak, apalagi Ranu Kumbolonya itu loh. Eh...maaf kalo Kakak yang paling favorit yang mana?” tanya Raisa excited. Wawancara yang aneh.
“Eh...euh...sama-sama, Kakak juga sukanya Semeru, itu tuh pas Watu ...apa tuh..eh..jengjreng...” sebuah kebohongan yang nyata. Zeno tahu nama itu dari cerita Elang yang sudah malang melintang hampir di semua gunung Nusantara.
“Watu Rejeng mungkin Kak?”
“Ya...ya sampai lupa namanya, Watu Rejeng. Disana kan ada E...del..we..del...delleweis.”
“Edelweis kali Kak.” Cekikik Raisa tak tertahankan.