#Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Berat lu yang pikul, ringan gue yang jinjing.
Mobil perak Senja melaju cepat, menuruni jalanan Lembang menuju Pesantren Quran Raudhatul Jannah. Setelah melewati kemacetan di tiga titik, akhirnya sampailah mereka di gerbang pesantren. Pesantren yang terpencil, cukup jauh dari rumah penduduk.
“Jadi gitu Lang, mereka ngancem Osas. Ini udah yang ketiga kalinya loh!”
“Hmm...apa itu Osas?” tanya Zeno nimbrung.
“Tuh nama orang No, dia santri asal Nigeria, masih kecil umurnya 12 tahun.” beber Ustadz Haidar.
“Oh...nama orang toh, saya pikir nama organisasi.” polos Zeno.
“Itumah OSIS No..., udah ah jangan becanda mulu, lagi serius nih!” bentak Elang.
“Emang kaya gimana ngancemnya ustadz?” tanya Senja penasaran.
“Ya gitu ...mereka ngancem mau bakar pesantren kalau kita ga nyerahin si Bumi.”
“Astaghfirullahal ‘adzhim,!” seru ketiganya bersamaan.
“Ustadz kenapa kita ga lapor polisi aja?” ujar Elang.
“Buktinya masih sumir Lang, cuma cerita seorang anak santri jadi agak susah kalo kita lapor polisi.”
“Iya juga yah”
“Tapi feeling saya, mereka serius. Udah dua tiga hari ini sering ada mobil mondar mandir. Pernah tuh...malem-malem mereka neror pake gerung-gerung di depan pesantren sambil klakson ga berenti-berenti. Brisik banget pokoknya.” beber ustadz Haidar.
“Wah kalo begitu sih beneran serius.” seru Elang.
“Lu bener Lang, ini ancaman serius, apalagi mereka sampe Rocky-Rocky gitu” Zeno kembali dengan kegilaannya.
“Apaan Rocky-Rocky?”
“Itu gerung-gerung!”
“Hadeuh No...No...kapan sembuhnya si lu No?” Elang kesal.
Ustadz Haidar dan Senja terpingkal. Ustadz Haidar kini sudah tak sungkan lagi menertawakan kegilaan Zeno.
“Kamu punya rencana Lang?” ustadz Haidar setelah tuntas buncah tawanya.
“Menurut saya kita lapor polisi aja ustadz, yaa buat jaga-jaga aja.” ujar Elang.
“Saya setuju ustadz, ya...buat anti..si...antisisapi lah.”
“Antisipasi No...!” seru ustadz Haidar menirukan nada suara Elang kalau sedang mengoreksi Zeno.
Kali ini Elang dan Senja yang terpingkal. Sementara Zeno tetap dingin sedingin gletser Kilimanjaro yang mulai menipis.
“Yaa kalo menurut kalian itu yang terbaik, saya sih ikut aja, yang penting pesantren kita aman.” Ustadz Haidar mengamini.
“Ok deh...yuk kita...” belum tuntas Elang berkata-kata. Dua mobil hitam tiba-tiba memasuki halaman pesantren yang memang luas itu.
Cekiitttt!!! dengan kecepatan tinggi dan gaya ngerem ala Vin Diesel di Fast & Furious, The Fast Saga, dua mobil itu menebarkan teror dengan tiba-tiba.
Tujuh preman berkaos hitam lengan pendek turun dari mobil. Pria-pria tegap dengan tato penuh di sepanjang lengan. Lima diantara mereka dengan samurai ditangan. Dan dua lagi memegang jerigen, mungkin berisi bensin. Rupanya mereka tidak main-main dengan ancamannya.