Senja Yang Tak Tersentuh

kieva aulian
Chapter #13

13. Kabur...!

#Lepas dari mulut harimau masuk mulut buaya, mungkin dia seorang sales yang sedang mempraktekan mouth to mouth selling

           

Malam menua. Renta diujung nyawa. Kulminasi alam mimpi. Anak-anak kehidupan sampai di puncak lelapnya. Halusinasi silih berganti dengan imagi, mengisi alam mimpi tanpa tepi. Mimpi, sebuah dunia tanpa konsekwensi, asyik dicumbui para pemuja malam. Dingin udara malam adalah selimut hangatnya, tuak tanpa alkohol paling memabukan.

           Kunang-kunang, bercak malaikat, belum lelah mengembara. Mereka masih masyuk mencumbui malam yang sekarat, dengan dengung . Dengung yang mengganggu lelap anis punggung merah yang tengah   bermimpi jadi seekor merak. Mimpi yang buyar, celoteh berbau ancaman diteriakannya pada dengung kunang-kunang yang geming. Bajing (tupai) mengintip, memicingkan mata menyaksikan drama itu dari ketinggian lubang pohon kelapa.

           Angin meniupkan berita, menyampaikan pesan yang tadi senja dititipkan Tuhan padanya. Pesan agar manusia tak membiarkan malam, mati tanpa kesan. Pesan agar manusia mengantarkan malam ke liang lahatnya. Permintaan agar manusia sudi menghadiri pemakaman malam dengan sekerat doa dan sujud. Pesan yang sudah banyak dilupakan manusia.

           Demagog Syetan telah mengurat akar di setiap sel pemuja mimpi. Ia geming, berpaling dari pesan Tuhan yang mengiba. Telinganya lacur dalam gelegak nafsu yang tak henti memburu. Dibiarkannya malam sendirian. Ia tak mau berteman dengan malam. Ia hanya mau bersahabat dengan mimpi. Tak perduli malam mati kesepian.

           Jam 3 malam. Elang baru saja usai dari Tahajud mesranya. Zeno masih dengan dunianya. Sesekali terdengar kata-kata tak jelas dari mulutnya. Rupanya ia tengah larut dalam mimpi.

           “Kakehusin mo susu” suaranya tidak jelas, tangannya menyilang di dada ala Naruto. Rupanya ia masih terbayang pertempuran kemarin dengan preman cempreng. Seulas senyum mampir di bibir Elang, sambil geleng kepala, melihat kelakukan sahabat terbaiknya itu.

           “Aaaape...lu...som....pret lu...!” teriakan Zeno terbata diiringi tangannya mengacung menunjuk ke atas. Elang menghampiri, penasaran dengan apa yang selanjutnya akan terjadi. “Eh... pre...man...cem...preng! ha...ha...ha...” Zeno masih dengan teriakan terbata dan dibumbui ketawa orang tidur. Elang mulai terkekeh. Terlintaslah di pikiran Elang untuk menjaili sohibnya itu.

           Elangpun mengendap menuju kulkas. Diambilnya sekerat jeruk nipis yang sudah terpotong. Dihampirinya Zeno yang sekarang sudah berganti tema mimpi.

           “Duh...Cin...dy...ke...na...pa...per...gi...hah?” mulutnya nganga dengan sesekali segrokan terdengar meski tak keras. Batin Elang ngakak Hayoh ketuaan... ternyata masih ngarep sama si Cindy..hua..ha..ha... muna luh.

           “Hah...hah” mulut Zeno makin mangap.

           Elang mendekat, jeruk nipis ditangan diperas perlahan, dua tetes di ujung mulut Zeno. Sekejap kemudian Lidah Zeno bergerak liar mencari arah asem. Elang sekuat tenaga menahan tawa melihat ekspresi Zeno yang sungguh menggelikan. Elang pun teringat untuk mengabadikan moment tak palsu itu dengan video handphone.

           Dengan handphone di tangan kanan dan jeruk nipis di tangan kiri, kembali Elang beraksi. Dua tetes lagi di mulut Zeno, maka lidah Zeno kembali bergerak liar, kali ini dilengkapi dengan suara

           “Hah...hah...huh....huh...”

           Elang bertahan, ia tak ingin hasil tangkapan videonya buruk, sungguh sebuah perjuangan yang teramat berat baginya. Zeno masih bertahan, lidahnya masih bergerak liar, melet-melet.

           Dua tetesan kembali dihadiahkannya pada Zeno dan hasilnya, Zeno gelagapan...lidahnya kembali melet-melet, suara-suara tak jelas kembali keluar dari mulutnya. Kepalanya bergoyang kanan kiri, sampai akhirnya terbangun dan terduduk dengan mengamuk.

Lihat selengkapnya