Senja Yang Tak Tersentuh

kieva aulian
Chapter #19

19. Rahasia SebuahToilet

19. Rahasia SebuahToilet

#Guru kencing berdiri, murid kencing berlari , WC nya sedang direnovasi

Hp Elang memanggil

Richard          : “Halo Lang, gi ngapain lu Lang?”

Elang             : “Hai Chard, ni baru beres latihan gua.”

Richard          : “Wah keren...keren...jadi kapan lu berangkat ke Aconcagua?”

Elang              : “Kilimanjaro kali!”

Richard          : “Eh iye...Kilimanjaro...sorry...sorry...”

Elang              : “Iya tinggal bentar lagi sih. Eh lu lagi dimana,? kok brisik amat.”  

Richard           : “ Lagi di gedung nih, crowded, ntar aku cari tempat sepi dulu.”

  Perbincangan mereka terhenti sejenak. Richard beranjak mencari tempat yang lebih sepi. Setelah didapatnya, perbincangan pun berlanjut.

Richard           :” Nah enakan disini nih, halo Lang”

Elang              :”Yaa hallo”

Richard           :”Eh gue mau ngundang lu Lang”

Elang              :”Ngundang apaan?”

Richard           :”Sabtu besok, Sepupu gue mo married, Nah...lu dateng ya”

Elang              :”Oh...Sabtu ya?”

Richard           :”Iya Sabtu malem, gimana lu bisa dateng kan?”

Elang              :”Oh...ok...ok...ntar gua dateng.”

Richard           :”Sip lah...sekalian ajakin temen lu yang ajaib itu”

Elang              :”Ha..ha..si Zeno”

Richard           :”Ya si Zeno, gile bener temen lu tu Lang”

Elang              :”Ga usah heran, dia emang udah gitu dari lahiran”

Richard           :”Ha..ha...ha...baru sekali ketemu tapi gue udah suka aja tuh ama dia.”

Elang              :”Wei...hati..hati...jangan sampe ketularan gila kaya gue”

Richard           :”Ha...ha...iye, kalo dipikir-pikir lu mirip dia, gila juga”

Elang              :”Ya gitulah...dia emang endemi.”

Richard           :”Ok deh Lang, ntar undangannya gue wa ya”

Elang              :”Ok.”

Termenung Elang, apa sebenarnya yang sedang dirangkai Tuhan. Baru saja semalam ia dan Zeno merasa buntu. Buntu untuk mengetahui sepak terjang Richard dalam sindikat haram, tiba-tiba dia menelepon dan mengundang mereka. Jempol dan jari tengah Elang beradu “tak...!” tanda ia senang mendapat jalan keluar.

*****

 Gedung megah itu ramai. Penuh sesak. Pengantin ala western. Aneka hidangan padu padan antara tradisional dan modern. Elang dan Zeno seperti mendapat kesempatan langka perbaikan gizi. Hampir semua meja hidangan tuntas mereka singgahi. Dan begitulah hukum alam, siapa menyuap dia membuang. Dalam waktu bersamaan mereka mengunjungi destinasi yang sama, toilet!

Beruntung gedung megah itu menyediakan toilet berkelas internasional. Luas dan wangi. Mereka pun asyik masyuk dalam ritual detok yang memabukan. Toilet itu terletak cukup jauh dari keramaian. Lorong panjang wangi melewati taman asri di luar gedung adalah jalan untuk mencapainya.

 Usai dengan hajatnya, mereka pun kembali menelusuri lorong untuk kembali ke kerumunan, barangkali ada meja hidangan yang terlewatkan. Gontai langkah mereka terhenti, saat suara bincang samar terdengar. Entah syetan mana yang menggoda mereka untuk nguping. Telinga mereka bergeser ke arah suara. Mengendap, merapat ke tembok.

 Taman yang dibatasi kaca dan pintu yang terbuka, membuat Elang dan Zeno mampu melihat jelas dan mendengar bisik-bisik orang di taman.

  “Lang... si Richard Lang!” seru Zeno kaget.

  “Hus...diem...gue juga tau...udah diem.”

  Dua orang yang sedang berbincang di taman itu salah satunya memang Richard. Lawan bicaranya berdiri membelakangi Elang dan Zeno. Keduanya gagah dengan jas hitam berkelas. Sementara dua detektif itu berbatik seragam pemberian Uda Reno sebulan yang lalu.

  Dua orang itu berbincang dalam bisik, tapi ketajaman pendengaran Elang cukup untuk mendengar dengan jelas bincang bisik itu.

  “Good job Chard, gue suka cara kerja lu” Laki-laki gagah yang memunggungi Elang dan Zeno memuji Richard.

  “Wah makasih bos itu juga kan karena bimbingan bos juga.”

  “Tapi gue denger kurir kita ada yang ngilang?”

  “Iya sih bos, kata si Ujang, kurir cewek dia ngilang gitu aja.”

Lihat selengkapnya