Senja

Ega Okti Mayang Sari
Chapter #3

Gadis Pendiam, Jutek, dan Sombong

Aku berada di sebuah taman yang indah. Taman yang dikelilingi dengan bunga warna-warni dan pepohonan yang berjejer rapi. Burung-burung beterbangan menari di atas langit taman itu. Langit tampak mulai menunjukkan warna awan kemerahan. Di ujung sana, aku melihat seorang pria duduk di bangku taman. Aku seperti mengenal pria itu, namun sulit bagiku untuk memastikan siapa pemilik punggung itu. Aku berjalan perlahan mendekat ke arah pria itu. Saat aku berjarak 3 meter darinya, dia membalikkan badan ke arah ku. Dengan jelas aku melihat wajahnya, Aga, pria itu adalah Aga. Aga tersenyum kepadaku, aku membalas senyum Aga dengan senyum yang paling manis yang ku punya. Aku melihat Aga bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah ku. Ia mengulurkan tangan kanannya, dengan segera aku menerima uluran tangan itu. Aku menatapnya, ia tersenyum tulus padaku lalu tangan kirinya mengusap lembut pipiku. Aku merasa pipiku memerah karna Aga. Aku melihat Aga yang mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku tak berani menatapnya. Aku memejamkan mataku,bisa kurasakan deru napas Aga yang semakin terasa menyapu wajahku. Hatiku meronta-ronta di dalam sana, aliran darahku mengalir lebih cepat dari biasanya, bahkan bisa kurasakan tubuhku yang gemetar membayangkan ini semua.

Saat aku merasa hidung Aga menempel di hidungku, aku mendengar seseorang berteriak dari arah entah mana.

"Aga!!"

Sontak saja aku dan Aga mengalihkan pandangan ke sumber suara itu. Bian, aku melihat Bian berdiri disana lalu berjalan mendekati aku dan Aga. Bisa kurasakan Aga melepaskan tangannya dan memberi senyuman yang lebih hangat kepada Bian. Aga merangkul dan mencium Bian. Bian membalas perlakuan Aga dengan tawa ceria. Tak bisa ku bayangkan apa yang mereka lakukan. Aku berjalan mundur meninggalkan mereka hingga...

***

Aku membuka mataku kaget. Langit-langit putih apartemen adalah pemandangan pertama yang kulihat. Aku mengusap wajahku, dengan malas aku bangkit dan mencuci mukaku di wastafel. Aku melihat bayangan ku dari pantulan kaca di hadapanku.

"Kenapa gue bisa mimpi gitu,sih?" tanyaku pada diri sendiri. Aku membasuh wajahku sekali lagi lalu kembali melihat bayanganku di pantulan kaca. "Karna kecapean mungkin" aku pula yang menjawab pertanyaan ku tadi.

Aku kembali ke kamarku. Ku lirik jam dinding yang menunjukkan pukul 17.15, aku mengalihkan pandanganku ke sekeliling apartemen. Bian belum pulang. Aku memutuskan untuk mengisi waktu senja dengan hari-hari sebelumnya. Perlahan ku langkahkan kakiku menuju atap apartemen. Biasanya disana sepi, jarang ada orang lain kesana. Itu alasan yang membuatku kenapa aku sering berkunjung ke atap dan menghabiskan waktu bersantai disana, terutama saat senja.

Sekarang aku sudah tiba di atap. Seperti yang ku katakan, disini tidak ada siapa-siapa. Dengan langkah pasti aku berjalan ke tengah dan duduk disana. Melihat langit yang mulai menampakkan awan merah nya. Aku sangat menyukai hal ini. Ingin rasanya aku menuliskan sesuatu di buku catatan pribadi ku. Namun sialnya, aku lupa membawanya. Aku terlalu asik menikmati senja, sampai-sampai tak sadar ada seorang pria yang duduk di sampingku entah sejak kapan. Hingga ia berkata.

"Ternyata ada yang suka tempat ini" ujarnya.

Lihat selengkapnya