Senja membuka matanya perlahan. Memegang kepalanya yang masih terasa pusing. Ia mencoba memposisikan dirinya duduk. Tenggorokannya terasa kering. Dengan perlahan Senja mencoba berjalan, pelan-pelan sampai menuju dapur. Ia langsung meraih gelas di atas meja makan dan menuangkan air putih ke dalam gelas lalu meneguknya hingga tak bersisa. Setelah itu Senja duduk di kursi makan sambil tetap memegangi kepalanya. Sesaat terdengar pintu apartemen terbuka. Mungkin itu Bian, pikirnya. Tak lama tampaklah Bian yang membawa beberapa kantong plastik di tangannya. Bian meletakkan kantong plastik itu di atas meja makan.
"Beli apa lo?" tanya Senja setelah Bian duduk.
"Gue beli buah-buahan buat lo"
"Care banget sih, lo. Sampek beliin buah segala, gue gak papa kali"
"Lo tinggal terima aja susah ya" protes Bian.
"Eh ja, keliatannya nih ya, Bisma naksir sama lo deh" celetuk Bian tiba-tiba dengan bibir mengembang lebar.
"Apaan sih lo, sok tau banget" Senja mendelik mendengar celetuk Bian.
"Lo gak percaya sih sama gue, beneran ja dia itu tadi kaya senyum-senyum gitu pas gue crita tentang lo"
"Ngapain lo crita tentang gue ke dia?" dengus Senja.
"Ya awalnya gue minta maaf karna lo uda nyuekin dia. Lagian lo tu jutek banget sih? Emangnya lo gak seneng apa di taksir sama pengusaha muda? Ganteng lagi" Bian berkata sambil tersenyum di kalimat terakhirnya.
"Asal lo tau ya, gue itu kesel sama dia. Baru kenal udah sok akrab, udah gitu gak sopan lagi"
"Gak sopan gimana?"
"Lo inget gak, pas gue keluar malem waktu itu? Gue ketemu sama dia di perempatan jalan depan, dia ngajak gue makan tapi gue nolak karna gue emang beneran gak laper. Dan lo tau? Dia malah narik tangan gue kasar" jelas Senja sambil memasang wajah kecut.
Bian tampak mengerutkan keningnya karna tak percaya. "Masa sih dia kaya gitu?"
"Lo gak percaya sama gue, sahabat lo sendiri?" Senja tampak kesal karna Bian tak mempercayainya. Dia memalingkan wajahnya dan menghembus napas kasar.
Bian terdiam melihat Senja. Raut mukanya terlihat memelas.
"Gimana mau percaya, lo sendiri gak percaya sama gue" lirih Bian.
Senja menatap Bian dengan tatapan penuh tanya.
"Maksud lo?"
"Yaaa buktinya aja lo gak pernah cerita apa-apa tentang lo sama gue. Gue gak tau banyak soal lo, ja" kali ini Bian berbicara dengan nada yang terdengar sedih. Ia menundukkan kepalanya seraya mengepal kedua tangannya.
"Kita tuh sahabatan udah lama,ja. Emang salah ya kalo gue pengen lo cerita semuanya sama gue? Gue temen lo, tapi bukan temen crita lo" lanjut Bian dengan melas.
Senja mengerutkan kening. Mencoba menerka apa yang terjadi dengan sahabatnya ini.