Senja

Ega Okti Mayang Sari
Chapter #10

Bian dan Rahasia Terbesar

Senja sedang menyiapkan makanan untuk Bian. Setelah Bian terjatuh karna Farhan, Bian jadi tidak enak badan. Sudah dua hari ia tidak kuliah bahkan sedikit melakukan aktifitas. Bahkan Bian sempat terdengar mengigau di sela sela tidurnya. Rintihannya yang terdengar setiap malam membuat hati Senja iba dan tidak tega melihat sahabatnya berlama lama tak berdaya seperti itu. Bubur yang sedang dibuat Senja sudah selesai. Senja berjalan mengambil mangkuk untuk menuangkan bubur ke dalamnya. Kemudian menuangkan air hangat ke dalam gelas, lalu semangkuk bubur dan segelas air hangat itu ia letakkan di atas nampan untuk dibawa ke kamar Bian.

Senja mendorong pintu yang tidak tertutup rapat dengan tubuhnya. Dilihatnya Bian yang masih meringkuk di balik selimutnya. Segera ia berjalan mendekat Bian. Dengan perlahan Senja meletakkan nampan berisi bubur dan air hangat itu di atas nakas yang terletak persis di samping ranjang Bian.

"Bi, makan dulu yuk, gue udah buatin bubur buat lo nih". Senja membangunkan Bian secara perlahan.

Tak ada tanda tanda Bian merespon, bahkan ia tidak merubah posisinya. Senja mencobanya sekali lagi.

"Bian, ayo makan dulu" tetap tidak ada jawaban.

Senja mencoba menggoyangkan tubuh Bian, seketika Senja terkejut karna Bian tidak sadarkan diri, Bian tidak sedang tertidur. Senja terus membangunkan Bian. Di letakkannya punggung tangan Senja ke atas kening Bian. Panas. Itu yang dirasakan Senja. Suhu tubuh Bian meningkat. Senja panik, ia tidak bisa berfikir untuk melakukan sesuatu. Pada menit berikutnya, Senja keluar dari apartemennya dan berlari ke apartemen Bisma. Senja mengetuk pintu dengan keras dan tidak sabar seraya berteriak memanggil Bisma.

Pintu terbuka.

"Senja, ada apa??" tanya Bisma yang sedikit terkejut dengan kehadiran Senja.

"Bis, gue butuh banget bantuan lo" pinta Senja dengan mata yang sudah berkaca kaca.

Bisma yang melihat Senja panik berusaha menenangkannya. "Hey..hey, lo tenang dulu, ngomong pelan pelan kalo lo panik kaya gini gue bingung jadinya".

Senja mencoba menarik napas. "Bian" kata Senja sambil menunjuk ke apartemennya. "Lo harus tolongin Bian" kali ini air mata yang sedari tadi di tahannya akhirnya lolos juga dari kelopak matanya.

Bisma semakin mengerti keadaan. Bisma tau Bian sedang membutuhkan pertolongan. Langsung Bisma berjalan menuju apartemen Senja di ikuti dengan Senja yang berjalan di belakangnya.

Setibanya di kamar Bian, Bisma mencoba membangunkan Bian dan setelah ia mengetahui tidak ada respon dari Bian. Bisma langsung mengangkat tubuh mungil Bian dan membawanya ke rumah sakit.

***

Senja dan Bisma duduk di ruang tunggu di sebuah rumah sakit yang tak jauh dari apartemen. Di dalam sana Bian sedang di tangani oleh dokter. Senja mengepalkan tangannya yang gemetar. Bibirnya terus merapalkan doa doa terbaik untuk mendoakan sahabatnya. Bisma yang memperhatikan Senja menjadi tidak tega. Ia menggeser posisinya agar lebih dekat dengan Senja. Perlahan tangannya mulai tergerak hendak menggenggam tangan Senja. Namun belum sempat niatnya itu tercapai, dokter keluar. Segera Senja bangkit dari duduknya di ikuti oleh Bisma.

"Bagaimana dengan teman saya, dok?" tanya Senja.

"Tidak ada gejala serius dengan teman Anda. Ia hanya mengalami demam biasa" jelas dokter

Lihat selengkapnya