Ibu melanjutkan kesibukannya di dapur, mengecek kue yang sedang dipanggang dan sesekali mengaduk gulai kambing dan rawon dalam kuali tanah liat. Aroma sedap dan gurih memenuhi ruangan.
Sementara itu, Savitri meneruskan pekerjaannya yang tertunda, menata kue-kue yang baru matang di atas sebuah dipan kayu di ruang tengah. Keluarga mereka ada hajatan Nyalaber besok. Nyalaber adalah adat masyarakat Madura di daerahnya, dimana utusan keluarga calon suami datang ke rumah sang calon istri untuk menyatakan keinginan mereka menyambung tali kekerabatan melalui pernikahan, dan menanyakan apakah si calon istri tidak sedang terikat dengan pria lain.
Bima mencium tangan Bapak yang sedang duduk di kursi makan.
"Assalamualaikum, Pak."
"Waalaikum salam. Lama juga kamu tidak pulang tahun ini," ujar Bapak.
"Kebetulan banyak tambahan pekerjaan di kantor, Pak. Oh ya, Kak Arimbi mana?"
"Di samping rumah," ujar Bapak lagi.
Bima keluar dari pintu dapur, dan mendapati kakaknya sedang mengutak-atik sepeda motor. Arimbi mendongakkan kepala begitu mendengar suara pintu belakang terbuka. Bima hampir tertawa. Kakaknya nampak berantakan sekali. Rambutnya yang hitam legam digelung sekenanya dan diikat dengan karet gelang. Kaos katun putih berlengan pendek yang dikenakannya terlihat kotor oleh debu dan oli.
“Kenapa tidak pakai sepeda motor milik Savitri saja?” tanya Bima seraya berjongkok di samping Arimbi.
“Aku lebih suka yang ini,” sahut Arimbi. Diusapnya peluh yang menitik di dahinya. Karena kedua tangannya kotor, tak urung ada jejak hitam di bekas usapannya. Bima membantu membersihkan jejak hitam di dahi kakaknya dengan tangannya.
“Kupikir kau jadi mengajak Hideki kemari.”
“Dia lagi sibuk.”
Diam-diam Bima merasa lega. Dia memang tidak berharap Arimbi membawa Hideki, pacarnya yang berdarah Jepang itu, ke rumah ini.
“Kenapa? Kau senang ya, karena Hideki batal datang?” sindir Arimbi.
“Ya, mau gimana lagi. Apa nanti kata orang, kalau tahu dirimu pacaran dengan Hideki yang masih beristri?”
“Lagi-lagi soal itu. Aku kan sudah bilang, mereka tinggal menunggu waktu saja untuk bercerai. Apalagi istrinya juga sudah punya pacar lain.”
“Tapi dia belum resmi cerai, bukan? Kau minggir saja dulu.”