I am July

Anakbarunulis
Chapter #1

July dan Danau Weller

"Stephen Allan disini, seperti biasa saya akan menemani Anda para penghuni oregon sekalian dalam satu jam kedepan. Datang dari Colorado, terjadi gempa dahsyat 8 SR yang menewaskan hampir seperempat warga disana. Menurut penelitian Badan Geofisika Amerika, gempa ini akan terus berjalan dan berakhir di Samudera Pasifik. Penduduk Oregon sekalian, saya harap kalian waspa....."

Plip.... (Huh.. benar-benar suara yang klasik saat TV diistirahatkan dari tugasnya)

Baru-baru ini aku merasa prihatin dengan Allan melihat skrip dari kru TV yang dipenuhi dengan bencana alam dan kampanye aktivis. Sedikit menghela nafas kemudian bangkit dari tempat duduk kain 'bean bag' yang menghisapku beberapa jam silam. Ugh... Florida hampir tenggelam dan kini Colorado berantakan. Mengapa New York baik-baik saja ? Aku serius. Kurang ajar sekali jika Oregon mendapat badai pasir dahsyat.

Setelah sedikit merapikan tempat duduk dan membuka beberapa tirai motif pantai khas Danny Octo. Benar-benar mobil van camper 'RV' yang antik. Kuharap aku bisa menjinakkan monster ini untuk kumiliki sendiri. Walaupun dilihat puluhan kali pun, jam dinding antik Danny dan bola dunia yang dipenuhi arsiran kecuali Amerika, Vietnam, Afghanistan, Iran, dan beberapa negara di Timur Tengah yang mana terlihat 'veteran perang' sekali. Tidak ada salahnya memandang jam dinding antik ini karena kau akan tahu bahwa sekarang saat yang tepat untuk makan siang.

"Seingatku Danny menyimpan beberapa makanan disini" gumamku membuka kabinet atas yang terletak persis di belakang ruang kemudi RV.

Dan.. deduksi tajam seorang July bekerja seperti biasa. Lagi-lagi daging tuna yang diasinkan. Terlihat lusinan dan menumpuk di dalam kabinet tersebut. Aku pun menghela nafas dan mengerti mengapa aku melakukan hal itu. Hanya bisa menerima melihat karena pada dasarnya aku adalah orang asing yang menumpang. Setelah menuangkan beberapa kaleng ke dalam mangkuk, aku menyantap tumpukan daging laut asin itu. Sial, aku hanya sanggup menyantap beberapa sendok saja. Perutku seakan-akan ditabrak oleh tekstur daging tebal dan rasa asin yang menahan lidahku untuk melanjutkan makan siang ini.

Selamat datang di Villetire, July ! Apa yang mau kau keluhkan ? Menikmati makanan kaleng terutama tuna asin setiap hari ? Kembali ke New York saja kalau begitu, menjalani hidup penuh derita dan kepedihan. Setidaknya kau hidup sebagai dirimu disini. Kalimat-kalimat itulah yang membantuku menyantap lebih banyak lagi makhluk Pasifik yang kini hanya tersisa setengah dari porsi semula. Dari luar jendela RV nampak seseorang yang semakin mendekat. Celana marinir, ransel gunung, sebuah pancing yang berpaling, dan ember dengan ekor ikan yang nampak mengintip. Danny Octo, kembali dari misinya. Ia menyapa beberapa warga lokal disana sebelum memasuki RV dan menghabiskan setengah piring tuna asin kalengan dengan lahap.

"Aku kagum dengan ketangguhanmu menghadapi makanan kaleng ini July. Apakah New York benar-benar seburuk itu ?" Ujar Danny menepuk bahuku.

"Jujur saja perutku mual satu minggu berturut-turut di dalam RV ini. Huh... Setidaknya disini sangat tenang. New York adalah kota yang sangat sibuk dan kadang-kadang terasa sangat menyesakkan." Jawabku

"Oh ayolah.. Jangan bersikap kekanak-kanakan seperti menyalahkan sebuah kota yang memberikan orang sejuta mimpi dan impian. Siapa sebenarnya yang membuatmu muak ? Orang tua ? Rekan ? Pacar...mungkin ?" Sahut Danny.

"Kau tahu aku benar-benar tidak ingin membicarakan hal itu. Jangan salah sangka.. Aku benar-benar berterima kasih karena membawa tubuh pingsanku dari Montana."

"Enough brat ! Kau membuat suasana semakin runyam saja. Keren sekali saat mendengar kabar bahwa sebanyak tiga puluh pengemudi truk di penjuru Amerika melaporkan bahwa terdapat seorang pemuda yang menumpang. Tak kusangka aku sekarang bersamanya. Satu bulan terakhir kabarmu terdengar di seluruh saluran televisi." Danny berbicara sembari memotong dua ekor hering untuk dibakar.

"Lalu, mau sampai kapan kau kabur ?" Lanjutnya.

"Sampai aku menemukan "rumah" dan segala hal yang membuatku lupa dengan New York." Jawabku.

Lihat selengkapnya