Separuh Jiwa

Tazkia Irsyad
Chapter #3

Bintang Paling Bersinar di Langit Malam

Aku tahu aku sendiri yang menuliskan bahwa kami pasti akan bertemu cepat atau lambat, berhubung kami satu fakultas dan aku sudah mengetahui namanya, tapi tidak kusangka hal itu terjadi selang dua hari saja sejak pertemuan pertama kami!

Oh, tentu saja aku senang. Meski tidak mengharapkan apa-apa, ketika kulihat benang berkilau indah yang menghubungkanku dengannya, aku hampir tak bisa menahan senyum yang berkembang cepat. 

Memang ya, kekuatan benang takdir itu luar biasa! Tak peduli seberapa jauh lokasi sepasang belahan jiwa, mereka pasti akan dipertemukan sendiri seolah-olah benang itu menarik keduanya mendekat. 

Biarkan aku sombong sedikit, ya. Kau harus tahu aku sudah lama menunggu-nunggu pertemuanku dengan pasangan jiwaku, jadi aku kelewat bahagia sekarang. 

Oh ya, pasti kau mau mendengar apa yang terjadi di pertemuan kedua tadi. 

Jadi, aku awalnya pergi ke kantin fakultas sendirian. Sengaja kupakai jaket bertudung warna hijau yang sempat tertukar dengan milik dia di pertemuan dua hari lalu. Bukannya aku tak percaya pada benang yang menghubungkan kami, tapi tak ada salahnya memperbesar peluang ia mengenaliku, bukan?

Ketika aku duduk di salah satu meja dan akan menyantap makan siangku, tiba-tiba ada yang berbicara dari belakang, membuatku aku langsung menengok. 

“Kursi sini kosong?” tanya dia, si pasangan jiwaku yang tiba-tiba muncul sendirian membawa semangkuk mi ayam. 

Aku terlalu kaget hingga tak bisa bersuara, maka saat itu aku hanya bisa mengangguk cepat. Kulirik sekitar, kantin memang sedang penuh, jadi tidak aneh jika dia tiba-tiba memilih mendekati mejaku yang punya spot kosong. Aku berusaha agar tidak kelewat salah tingkah dengan semua kemajuan ini.

Dan kau tahu tidak apa yang ia katakan selanjutnya? Ternyata ia masih mengenaliku dari jaket yang kupakai!

“Menarik juga ya, rasanya kita terus bertemu karena kebetulan.” Dia tertawa.

Oh, kalau saja dia tahu bahwa ini semua bukan semata-mata murni kebetulan, tapi juga akibat dari benang yang mengikat kami bersama. Kebetulan yang digariskan oleh takdir!

Yang memalukan adalah aku tak bisa berhenti menatap ujung benangku yang berada di tempat jantungnya berada. Aku terlalu senang dengan fakta bahwa aku juga sudah bertemu separuh jiwaku, tapi karena itulah dia sepertinya menyadari tatapanku dan langsung mengajak bicara lagi. 

Lihat selengkapnya