Halo! Maaf lama tidak menulis, tugas kuliahku menumpuk, he-he.
Sayangnya tidak ada kemajuan yang signifikan antara aku dan Kak Shira. Kami beberapa kali tak sengaja bertemu selama berada di wilayah fakultas, tapi obrolan kami masih singkat-singkat. Mau bagaimana lagi, pasti Kak Shira juga sibuk.
Anyway, ada hal lain yang ingin kuceritakan. Ini soal Rio, sepupuku yang mukanya super jutek itu. Kalau kamu lupa, aku pernah menulis di buku jurnal yang sebelumnya tentang pasangan jiwanya Rio, yaitu Bang Rendi, kakaknya sendiri.
Aku pernah menulis kalau mereka adalah pasangan jiwa paling berbeda yang pernah kutemui, karena mereka terlihat sangat tidak menyukai satu sama lain. Aku sempat merasa aneh, seharusnya mereka dekat karena memiliki kepribadian yang mirip, kan? Menyimpan separuh jiwa masing-masing ternyata tak menjamin hubungan yang harmonis.
Rio dan Bang Rendi itu bagai air dan minyak. Setiap bertemu, antara adu mulut atau saling mengabaikan. Pokoknya enggak akur.
Rio sempat mengungkapkan alasan mengapa ia tak menyukai kakaknya sendiri. Bang Rendi itu memang uh … bandel. Dia sering berantem sejak SMA, sering bolos, sering terlibat masalah pokoknya. Om dan Tanteku, orang tua mereka, juga sepertinya sudah menyerah dengan kelakuan Bang Rendi.
(Meski begitu, Bang Rendi sebenarnya orang yang baik. Memang wajah dan hawanya seram, tapi Bang Rendi sering mentraktirku sejak kecil.)
Rio bilang, karena kakaknya berbuat seenaknya saja, orang tua mereka jadi semakin keras ke Rio. Om dan Tante memang kaku dan ambisius. Mimpi besar mereka adalah punya anak yang menjadi lulusan terbaik di jenjang manapun, lebih bagus lagi kalau bisa jadi dokter.
Rio memang cerdas dan aku bisa melihatnya dengan mudah menjadi dokter, tapi cita-cita Rio bukan itu. Rio ingin punya kafe sendiri, ingin menyeduh kopi dan membuat kue juga roti setiap hari. Mimpi yang sederhana, tapi tak akan direstui karena dianggap tidak akan menghasilkan kebahagiaan oleh orang tuanya.
Aku juga awalnya kebingungan. Dari segala pilihan, kok tiba-tiba ingin buat roti? Rio adalah tipikal anak sempurna yang tak mengenal kata remedial, di pelajaran apapun! Sekarang kau mengerti betapa gilanya orang itu, kan? Dia rasanya bisa menjadi profesi apa saja dengan bakat seperti itu.