Halo, tiga hari kemarin aku demam dan terlalu lemas untuk menulis di sini. Tapi tak usah khawatir, sekarang aku sudah merasa jauh lebih baik!
He-he, aku punya cerita besar, kamu pasti tak akan menduga apa yang terjadi kemarin. Kak Shira datang menjengukku di indekos ketika aku sakit! Dia bilang, Mia dan Gadis lah yang memberitahu keadaanku ketika Kak Shira bertanya alasanku tidak kuliah selama dua hari. Kak Shira memang sempat mengirimkan pesan, tapi waktu itu aku terlalu pusing untuk membuka ponsel.
Memang, sih, kami sudah jauh lebih dekat sejak aku memberitahukannya tentang rahasia terbesarku: kemampuan untuk melihat benang takdir yang menghubungkan para belahan jiwa. Kak Shira tidak pernah mengungkit-ungkit lagi mengenai fakta bahwa dia adalah pasangan jiwaku, tapi dari sikapnya yang kadang agak salah tingkah dan pipi yang sering bersemu membuatku yakin Kak Shira sebenarnya tidak melupakan hal itu.
Aku, sih, sudah cukup senang bisa memberitahu Kak Shira. Kalau Kak Shira sudah tahu bahwa kami terhubung oleh benang takdir, cepat atau lambat hubungan kami juga akan berkembang, kan? Tak perlu diburu-buru kurasa, biarkan saja rasa ini tumbuh bersama waktu.
Anyway, kemarin pagi itu Kak Shira tiba-tiba muncul di depan pintu indekosku sambil membawa dua bungkus bubur ayam. Katanya, ia tidak ada kelas pagi jadi bisa menjengukku sekaligus sarapan bersama. Aku terharu melihat usahanya sampai aku harus menahan tangis. Biasalah, kalau kamu lagi sakit, bukankah semua emosi rasanya tiba-tiba berlipat ganda?
Kami sempat berdebat konyol soal cara makan bubur, karena aku ngotot bahwa bubur seharusnya tidak diaduk sementara Kak Shira keras kepala berkata sebaliknya. Aku mengernyit jijik melihat bubur di mangkuknya, tetapi Kak Shira hanya tertawa dan bersikeras bahwa cara makannya itu yang lebih enak.
Setelahnya, kami berbincang tentang apa saja. Tadinya, Kak Shira berniat langsung pergi supaya aku bisa istirahat, tapi entah kenapa aku tiba-tiba merasa sangat kesepian jadi kuminta dia untuk menemaniku mengobrol lebih lama.
Kalau kau terbiasa sendiri untuk waktu yang lama, maka rasa sepi itu tidak akan terlalu terasa. Namun, begitu seseorang hadir mendobrak semua kesunyian itu dan menghadirkan kehangatan yang kau tunggu-tunggu, mendadak semua rasa sepi yang selalu kau hadapi sebelumnya terasa sangat mencekik.
Sekalinya kau mencicipi tenteram yang ada ketika ditemani seseorang yang membuatmu merasa dihargai, maka kamu baru sadar bahwa selama ini ternyata kau betul-betul sendirian dan tersiksa karenanya. Kurasa itulah yang terjadi sehingga aku meminta Kak Shira untuk tetap tinggal.