Separuh Luka di Antara Kita

Yuni ekawaty
Chapter #5

Luka yang Membusuk di Balik Senyum

Pagi itu sunyi. Terlalu sunyi, seolah rumah Rania sedang berduka.

Ia duduk di meja makan, menatap layar ponselnya yang menampilkan satu foto. Siluet dirinya dan Adam. Separuh tubuhnya telanjang, terbaring di sofa. Jelas. Terlalu jelas.

Dan pesan singkat dari Keysha masih terpampang di layar:

"Kamu cantik saat jatuh. Tapi lebih cantik lagi saat tersungkur. —K"

Tangannya gemetar. Jantungnya berdebar keras.

Adam duduk di seberangnya, baru selesai mengenakan kemeja. Dia membaca ekspresi Rania, lalu dengan pelan menyentuh tangannya.

“Kamu kenapa?”

Rania mengangkat tatapan. Mata mereka bertemu. Ada rasa takut di sana.

“Keysha tahu.”

Adam membeku.

“Dia ngintip semalam… dan kirim ini.”

Adam membaca pesan dan melihat foto itu. Rahangnya mengeras. “Bajingan... Dia sengaja. Dia main kotor.”

“Dia ingin menghancurkan aku, Adam. Dia bisa menghancurkan kamu juga.”

Adam menghela napas. Berat. “Aku akan selesaikan ini. Tapi kamu harus tetap tenang.”

“Tetap tenang?” Rania nyaris tertawa getir. “Hidupku bisa berakhir dalam sekali klik dari dia. Semua ini... salah. Kita salah.”

Adam menatapnya dalam. “Kalau mencintaimu itu salah... aku rela tetap salah.”

Rania memejamkan mata. Kata-kata Adam seperti racun manis yang mematikan: menyenangkan, tapi mengikat. Membuatnya makin sulit keluar.

---

Sementara itu, di kantor.

Reza membuka kotak makan siangnya. Di dalam, ada selembar kertas kecil yang dilipat. Ia mengernyit, membukanya perlahan.

Tulisan tangan di atasnya.

"Kau tahu mereka berdua di rumahmu? Tepat saat kau sibuk mencari nafkah. Mereka sibuk berbagi nafas."

Tidak ada nama pengirim.

Tapi Reza tahu... itu bukan lelucon.

Ia mengangkat kepalanya, dan mendapati Keysha sedang berdiri di ambang pintu ruangannya. Mengetuk dua kali, lalu masuk sambil tersenyum manis.

“Lagi makan siang?” tanyanya ringan, seolah tak terjadi apa pun.

Reza menyimpan kertas itu dengan cepat. “Iya. Duduk.”

Keysha berjalan perlahan, penuh perhitungan. Duduk di kursi depan meja. Menyilangkan kaki. Rok pendeknya naik sedikit.

“Ada yang aneh akhir-akhir ini ya?” ucapnya sambil memainkan ujung pulpen di tangannya. “Rania kelihatan makin... pucat. Atau kamu yang makin jeli?”

Reza tak menjawab. Tapi matanya mulai penuh curiga.

Keysha menyandarkan punggung. “Kadang... aku kasihan sama kamu.”

Lihat selengkapnya