SEPASANG BAYANGAN

Genoveva Dian Uning
Chapter #25

Memulai Sebuah Penjelasan

Amanda menyeret Sasti agar menjauh dari Dyah. Dia paham betul, adiknya akan melegalkan segala cara jika kehormatannya terusik. Namun, meskipun Amanda tahu bahwa ini kesalahan adiknya juga, tetap dia membela dengan sepenuh hati.

“Ayo pulang!” hardik Amanda. Dirinya tidak suka melihat cara Sasti menarik tangan Dyah lalu menyeretnya sampai keluar dari meja tempat mereka makan.

“Mbak, lepas!” bentak Sasti.

“Jangan kelewatan, Sasti! Ini tempat umum! Jaga nama baikmu!” Amanda balas membentak.

Sasti meronta-ronta. Amanda nyaris dibuatnya jatuh karena kewalahan. Namun karena besar badannya melebihi Sasti, Amanda berhasil membawa Sasti ke parkiran.

Dari dalam area food court, Dyah berteriak-teriak sambil menangis, mengutuki Sasti dengan kata-kata pedas dan kotor.

“Duduk kamu di boncengan! Biar aku yang nyetir!” hardik Amanda lagi.

Sasti hendak melawan, tetapi tatapan tajam Amanda berhasil menusuk sanubari. Sasti menurut. Meskipun dengan emosi yang masih meledak-ledak, dia pun naik ke boncengan sepeda motor.

Tak ada perbincangan apa-apa selama perjalanan. Jujur, Amanda merasa terhina setelah melihat Dyah melempar oleh-oleh dari Sasti lalu meludah di lantai. Namun, dia lebih terhina lagi dengan sikap adiknya.

“Kamu sama aja dengan pelakor, Sasti!” Amanda bicara ketus ketika mereka berdua sampai di rumah.

Sasti mengempaskan diri ke sofa. “Pelakor apa? Aku bahkan enggak tahu kalau Garuda sebangsat itu, Mbak!” kilahnya.

“Kamu juga bangsat! Punya tunangan tapi mendua ke cowok lain!”

“Mbaaak!”

Amanda menutup pintu kamar keras-keras. Suara debamnya masuk ke hati Sasti. Tinggalah dirinya terpekur sendiri sampai budenya mengampiri.

“Bude kalau mau ngomel, mending nanti aja. Sasti mau sendiri dulu,” pinta Sasti tegas.

Sang Bude pun tanggap. Perempuan paruh baya itu mengurungkan niat untuk mendekati keponakannya. Dengan langkah pasti, ditinggalkannya Sasti yang masih sesenggukan sambil menjambaki rambutnya sendiri.

Sampai menjelang magrib Sasti tergolek di sofa. Dia tertidur lelap rupanya. Sang Bude telah menyiapkan makan. Walaupun hatinya jengkel setengah mati, tetapi dia teringat akan rencana Amanda untuk menyadarkan Sasti.

“Biarin dia kayak gitu, Ma. Tunggu aja sampai bangun. Jangan diusik. Sumpah, lihat mukanya rasa hatiku pengen nonjok,” ucap Amanda geram. Ibunya hanya tersenyum kecil.

“Dasar keras kepala. Mirip sama Astri.”

“Miripnya di apanya, Ma?”

“Dulu sekolah enggak sampai SMA. Hanya kejar paket C karena marah sama eyang kakungmu. Dianggapnya pilih kasih antara dia dan Mama.”

“O, ya? Tapi perasaan, Bulik Astri pendiam dan lemah lembut, Ma?”

“Memang. Tapi di balik itu semua ....”

Sasti menggeliat bangun. Amanda dan ibunya menghentikan obrolan. Mereka berpura-pura asyik menata makanan di meja makan tanpa melihat Sasti.

“Bude ... Mbak Manda ....” Sasti memulai perbincangan. Kepalanya menengadah, menanti belas kasihan dari dua orang kecintaannya itu.

“Ehm!” Sasti berdeham ketika beberapa detik berlalu dan tak mendapat respons. Amanda dan ibunya tetap beraktifitas. “Sasti minta maaf karena berbuat sesuatu yang memalukan Bude dan Mbak Manda ....”

Amanda menghentikan kegiatannya. Dia maju beberapa langkah mendekati Sasti. Ibunya berusaha mencegah, tetapi Amanda menepis refleks.

“Perbuatan apa yang bikin malu?” tanya Amanda menantang.

“Soal aku dan Garuda, Mbak.”

Amanda mengangguk-angguk. “Jadi?”

“Aku menyesal, Mbak.”

“Karena?”

“Karena ada niat buat mutusin Mas Yoen dan menjalani hubungan sama Garuda.” Sasti menarik napas dalam-dalam. “Sasti merasa bersalah sama dia. Sama Ibu juga ....”

Jebollah pertahanan Sasti. Tangisnya deras membanjir. Bahunya sampai terguncang-guncang membuat dua wanita di depannya merangkulnya dengan iba.

Tangis Sasti baru mereda setelah nyaris satu jam. Tubuhnya lemas dan wajahnya terlihat kuyu. Amanda menggandengnya ke meja makan.

“Mama masak ayam mentega. Kamu pasti suka, ‘kan? Ada zuppa soup juga, tadi aku beli di langganan kita belakang kampusmu. Ayo makan. Nangis juga butuh tenaga,” bisik Amanda.

Lihat selengkapnya