SEPASANG BAYANGAN

Genoveva Dian Uning
Chapter #30

Epilog

“Bagaimana, undangan sudah siap? Desain dan tulisannya cocok?” Amanda tampak sibuk berbicara melalui telepon. Sejam lagi aku meluncur. Ini masih nunggu calon pengantinnya fitting di tempat Santo.”

“Gimana? Ada yang kurang? Mbak, gimana, nih, menurut Mbak? Aku gendutan, ya?”

Amanda berdecak. “Hadeeeh. Belum apa-apa udah rempong begini. Gimana kau hari H? Bisa bikin gempar seisi dunia, “ ujarnya.

Seorang lelaki bertubuh ceking tak seberapa tinggi dengan gemulai mengampiri. Sesekali lelaki itu menyibakkan poni pirangnya ke arah telinga.

“Kebayanya kubikin seksi di bagian dada, pakai kutu baru ‘Vi line’. Tadinya ini tile halus yang kupadukan dengan brukat dan payet batu-batuan. Cakep banget, ‘kan?”

Amanda berdecak lagi. Kali ini mengagumi karya lelaki tulang lunak bernama Santo itu.

Layer ekornya jangan terlalu panjang, San. Sewajarnya aja. Yang penting menjuntai dan mengembang meriah.” Amanda menambahkan. “Oh my God, Sasti! You look perfect!” lanjut amanda sambil melingkarkan jari telunjuk.

“Beneran enggak kelihatan gendut?” Sasti masih tak puas.

Amanda mendesah kini. “Hmmm, Sasti! Gendutmu itu bukan dari badan. Tapi pipimu! Mau kamu selangsing apa pun, pipimu udah gemoy setelan pabrik.”

Yoen datang belakangan. Dia yang tidak mau kalah, ikut mencoba pakaian pengantin yang dibuat juga oleh Santo.

Melihat tampilan Yoen dari cermin lebar, Santo terpesona. Berkali-kali dia bergaya di depan Yoen dengan pose memeluk.

“ Ayooo, jangan lama-lama!. Kalau udah engagak ada revisi lagi, Kita capcus. Biar Yanto finishing pakaian kalian dengan tenang dan damai,” celetuk Amanda akhirnya. “Giliran ke tempat pembuatan undangan. Tadi Mbak ada request mengenai foto kalian berdua di sampul depan.

 

***


Sasti menatap dirinya dari pantulan cermin, lalu tersenyum. Wajahnya terlihat sangat cantik dan manglingi(¹) dengan polesan make-up sederhana yang dimintanya. “Ini beneran aku, Kak Santo?” tanya Sasti tidak percaya.

“Eh, ambooy! Kalau bukam dirimu, lantas siapakah yang akan jadi pengantin di sini mendampingi Mas Yoen Persada? Masa dirikyuuuh?” Santo pun protes.

Sasti tertawa. Santo menarik tali belakang bustier yang dipakai Sasti dengan lebih kencang.

“Auw! Jangan kenceng-kenceng, Kak! Nanti aku enggak bisa makan. Rugi, dong!” jerit Sasti.

“Nih, udah cucok, kan?”

“Cucok dong,” jawab Sasti mantap.

“Ingat ya, Sasti, nanti pas sungkeman itu adalah momen paling haru. Tapi kamu jangan sampai nangis brutal. Harus tetap anggunly. Kayak gini.” Pria bernama Santo itu memberi contoh bagaimana menghapus air mata secara anggun sehingga tidak merusak make up.

“Kayak gini, ya, Kak?” Sasti mengulang apa yang dicontohkan Santo tadi.

“Lebih lembut lagi sedikit!”

Sasti mengulang lagi dengan gaya yang lebih lembut.

“Nah, kayak gitu. Cucok, deh. Mas Yoen pasti kesengsem,” kata Santo sembari mengerling kemayu.

Sasti tertawa. Ah, sungguh, MUA yang dipilihkan Amanda ini sangat konyol. Meskipun dengan kepribadian unik, tetapi Santo tetap profesional, riasannya pun sangat rapi dan tidak norak.

“Aduh, aduh, aduh, yang mau jadi istri orang. Udah cantik bener, ya?”

Lihat selengkapnya