Di hari ulang tahunnya yang ke dua puluh delapan, Noe membutuhkan alasan kenapa hari itu ia sangat menginginkan es krim.
Sebelum terjaga, selama sekian waktu tidur tanpa mimpinya, sepasang es krim begitu saja muncul di mimpinya. Sepasang es krim, yang satu berbalut saus coklat dengan taburan repihan mete di permukaannya, yang satu kon vanilla dengan campuran remukan Oreo.
Masih setengah sadar, Noe berusaha menggunakan otaknya yang masih lemot itu untuk berpikir, kenapa setelah sekian lama ia tidak bermimpi, justru sepasang es krim itu yang timbul, tepat di hari ulang tahunnya yang ke dua puluh delapan, di mana ia hendak merayakannya dengan perenungan sebagaimana hari-hari ulang-tahunnya yang lewat.
Kenapa juga ia memikirkan bahwa dua batang es krim itu adalah sepasang, seakan mereka memiliki jenis kelamin berbeda, mengingat, es krim adalah kudapan bebas gender. Untuk memenuhi rasa penasarannya, hari itu juga ia bangun dari tempat tidur, membasuh tengkuknya lebih lama dari biasanya dan mengenakan pakaian terbaiknya, lalu berjalan menuju Indomaret di jalan Margonda, seratus meter dari Wisma Kusuma.
Selagi berjalan di jalan Yahya Nuih, Noe memikirkan apakah ia harus membeli kedua-duanya ataukah ia hanya butuh membeli salah satunya. Ia masih menimang-nimangnya ketika membuka pintu Indomaret dan berjalan menuju lemari pendingin es krim. Noe masih belum bisa menentukan.
Terdapat berbagai jenis es krim di dalamnya, tentu saja. Noe memindai berbagai varian es krim itu untuk menemukan yang sesuai dengan sepasang es krim yang terdapat di dalam mimpinya. Setelah ulang-alik mengedarkan matanya dan nyaris menyangka bahwa sepasang es krim itu tidak berada di dalam, akhirnya ia menemukan mereka, benar-benar sepasang, tanpa produk sejenis.
Noe garuk-garuk kepala dan berpikir, betapa ajaib bahwa hanya ada sepasang es krim yang sesuai mimpinya mengingat, sudah biasanya mereka memiliki lusinan produk sejenis. Namun Noe tetap ingin membelinya, bukan karena menginginkannya, melainkan untuk memenuhi rasa penasaran, apakah ada sesuatu di balik sepasang es krim tersebut? Apakah mereka memiliki cerita khusus di hari ulang-tahunnya ini?
Pada saat Noe membuka lemari pendingin itu, tangan yang lain mengambil es krim yang sama. Tangan yang lebih putih dan halus dan lembut dibanding tangannya yang sawo dan kasar. Mungkin karena sepanjang perjalanan menuju Indomaret itu kepalanya dipenuhi pertanyaan seputar sepasang es krim itu sehingga, ia tidak memerhatikan sekeliling, tidak juga menyadari bahwa pada saat ia berdiri di depan freezer es krim itu, seorang wanita berdiri di sampingnya, mengambil es krim yang sama. Di latar warna-warni berbagai bungkus es krim, sepasang tangan mereka yang nyaris bersentuhan terlihat seperti yin dan yang.
Noe melihat kepada pemilik tangan yang putih itu, langsung tertuju kepada matanya dan sesuatu yang berkilauan meloncat ke pupilnya, membuat Noe tidak bisa berkedip. Ia mengenali wajah wanita pemilik mata dengan pupil berkilauan itu. Meskipun ia tidak tahu namanya. Sesekali mereka berpapasan di gerbang Wisma Kusama.
“Duluan,” kata Noe kepada wanita itu.