Sepasang Es Krim

Hizbul Ridho
Chapter #7

Uring-uringan Tanpanya

Di luar kesibukannya mengampus, dalam seminggu Lulu menjalankan tiga sampai empat pertemuan dengan lingkaran-lingkaran pertemanannya, loncat dari kafe satu ke kafe lain, mencoba tertawa terhadap lelucon yang dilempar seorang kawannya yang paling ngebanyol dan coba tertawa terhadap lelucon yang ia lempar sendiri.

Meskipun hubungan mereka masih break, wanita itu masih kerap memerhatikan story akun Instagram Ramu. Lulu begitu kesal setelah secara sembunyi-sembunyi, ia mendapati kekasihnya jalan dengan entah wanita entah lelaki dari postingan-postingan Story kekasihnya yang sesekali ia cek.

Ia begitu cemburu namun ia ingin menjaga perjanjian break mereka. Emosi negatif yang tidak terbiasa ia kendalikan membuat Lulu tidak bisa berpikir jernih. Ia balas dendam dengan menyetujui ajakan kencan keras kepala para lelaki yang kukuh mendekati dirinya. Ia pun mem-posting pertemuan-pertemuannya dengan lelaki-lelaki itu, dengan maksud membuat kekasihnya yang nun di sana juga cemburu.

Mereka justru semakin gencar dalam menggunggah kencan-kencan mereka dengan lawan jenis dari tempat masing-masing, semakin terang-terangan dengan memampang selfie hingga pada satu hari, Lulu muak dan tidak lagi peduli.

Pada kencan terakhir dengan seorang lelaki rikuh di sebuah kafe acak di jalan Margonda, Lulu pun memutuskan untuk segera menyudahi saja kencan yang membosankan itu. Wanita itu membayar ke kasir dan meninggalkan lelaki kutu buku itu seorang diri dengan wajah membengong.

Lulu berjalan di trotoar, berpapasan dengan pasangan-pasangan lain yang kasmaran, membikinnya kesal dan tidak peduli. Sebagai wanita mandiri, ia tidak akan membiarkan sekelilingnya mempengaruhi inner-life-nya. Wanita itu memantapkan pandangannya ke depan, tidak peduli dengan pasangan-pasangan yang secara tidak sadar berupaya membuatnya cemburu dari kesendiriannya tanpa seorang kekasih mendampingi.

Lulu membuka gerbang kosan dan menguncinya kembali kemudian berjalan di halaman yang diteduhi pohon-pohon mangga dan pohon-pohon rambutan. Seseorang memanggilnya dari belakang, yang tidak ia kenali suaranya. Setelah menengok, ia merasa pernah bertemu dengan lelaki itu. Rud menghampiri Lulu tanpa terlihat needy, kemudian menjulurkan tangannya. Lulu justru bergeming, melipat tangannya, berpikir, apakah lelaki ini juga ingin menambah ambyar mood-nya yang sudah rusak?

“Gua Rud, baru pinda ke kosan ini sebulan lalu.”

“Lulu,” wanita itu berkata ketus saja.

Lihat selengkapnya