Sepasang Es Krim

Hizbul Ridho
Chapter #17

Sensasi Aneh Berujung Unfollow

Pada saat Noe sedang duduk di meja yang bersandar di sepasang jendela kamar kosannya yang sempit, Laila, kucing kampung berbulu tiganya, meloncat ke rangka jendela dari luar, mengeong kepadanya.

Noe tahu, ketika Laila memanggilnya. Kucing kampung anggun itu lebih membutuhkan makan dibanding bercanda dengan dirinya.

Namun Noe sedang terlalu fokus dengan tulisannya dan sebagaimana biasa, ia menjadi kesal, meskipun terhadap kucing yang telah menemani saat-saat sendirinya tidak berkomunikasi dengan manusia, kejengkelan Noe karena distraksi yang datang pada saat ia sedang hiper-fokus, mengendur dengan segera. Ia selalu memiliki hubungan yang spesial dan intim dengan alam, yang berhasil selalu membuatnya mudah relaks.

Noe memandangi Laila berjalan dengan anggun di permukaan mejanya, kemudian alih-alih kembali mengeong kepadanya, kucing itu justru berdiri di papan keyboardnya, lalu menggelung tubuhnya untuk mendengkur dan tertidur.

Sebagaimana malam-malam belakangan ketika kucing itu bergelung di pangkuannya, Noe tidak pernah tega untuk membangunkan Laila. Ia membiarkan kucing itu tertidur di papan keyboard leptopnya, dan ia sendiri menikmati waktu tanpa melakukan apapun.

Ketika ia mengosongkan pikiran itulah, saat pandangannya tertuju kepada gerumbulan daun-daun pisang di luar jendelanya, ia teringat bahwa hari itu adalah jadwal donor darahnya.

Noe berpikir, mungkin ia bisa meminjam motor kepada Arau, semenjak lelaki itu tidak memilikinya.

Ketika itu pulalah ia mendengar, percakapan yang datang dari luar jendela, dari halaman Wisma Kusuma. Selain suara Arau ia mendengar suara seseorang yang sepertinya ia kenal namun tidak bisa memunculkan namanya di ingatan.

Noe tertarik untuk keluar kamar, menuju lorong, dan tiba-tiba ia menemukan Lulu sedang mengobrol dengan Arau dengan sangat seru.

Noe tidak merasa cemburu. Ia tidak pernah merasa cemburu kepada apapun atau siapapun. Perasaan yang muncul ketika ia menyadari Lulu berada tidak jauh di dekatnya adalah, ia menjadi cemas dan takut dan insecure.

Ia tidak memahami dari mana datangnya perasaan ini. Kesadarannya mengatakan bahwa, bagai binatang buruan ia mesti kabur dari tempat itu segera. Noe berusaha menenangkan dirinya, dadanya naik turun, dan ia tidak bisa lagi berpikir jernih. Laila masih tertidur pulas di papan keyboard leptopnya.

Lihat selengkapnya