Noe terbangun pukul lima dan ia langsung teringat dengan janji jogging bersama kawan-kawan lain. Mereka janji untuk berangkat pada pukul lima tigapuluh dan masih ada setengah jam untuk mengumpulkan nyawa. Noe membiarkan dirinya rebah di ranjang dan anehnya subuh itu ia tidak lagi memikirkan Lulu. Noe merasa damai dan ia bersyukur akan ketenangan batinnya itu.
Lelaki itu pun memikirkan kawan-kawannya yang lain dan ia berinisiatif untuk membangunkan mereka. Noe cuci muka, mengganti pakaiannya dengan yang lebih bersih dan memasang sepatunya. Ia mengunci pintu kamarnya kemudian berjalan menuju kamar kawan-kawannya satu per satu. Tidak susah untuk membangunkan mereka dan mereka menjawab okay, jadi, tapi tunggu kami di halaman. Kami akan siap-siap ke sana dan Noe pun mengikuti permintaan kawan-kawannya tanpa banyak pertanyaan.
Di halaman ia menunggu kawannya sambil melakukan pemanasan kecil-kecilan. Sudah lama ia tidak jogging dan udara segar yang ia hirup saat itu dengan langit yang perlahan menjadi terang sungguh menyegarkan dirinya. Lelaki itu tidak membawa ponsel karena ia merasa tidak membutuhkannya. Ia juga tidak memiliki jam tangan, sehingga, ia tidak tahu sudah pukul berapa sekarang, dan kenapa kawan-kawannya begitu lama.
Pada saat ia hendak menuju kamar kawan-kawannya, secara otomatis ia menengok ke belakang, ke arah gedung perempuan adalah Lulu. Anehnya, ia tidak merasa terkejut atau jantungnya tidak mencelot ke tenggorokan seperti yang ditakutkannya. Pertemuan mereka terjadi begitu alami, sebagaimana cahaya pagi dan udara segara yang melingkupi mereka.
“Lu ikutan jogging juga?”
“Menurutlu?” kata Lulu, memperlihatkan pakaian olahraga yang dikenakannya.
Entah kenapa, cara berbicara Lulu, yang terdengar bernada ketus itu melemahkan dirinya. Dan mereka pun pemanasan tanpa membicarakan apapun. Masing-masing coba untuk tidak melihat keberadaan masing-masing meskipun masing-masing saling curi pandang pada saat memahami lawan mereka tidak sedang menengok, masing-masing memahami sedang diperhatikan tapi tidak bisa melakukan apapun.
“Lu udah nyamper yang lain?” kata Lulu.
“Udah. Nyusul segera katanya. Udah limabelas menit lewat kayaknya.”