Setelah jogging bareng dengan Noe itu, entah kenapa Lulu menjadi sangat tenang. Dunia menjadi tempat yang damai baginya. Dan entah kenapa juga, ia memandang sekelilingnya dengan cara yang lebih baru. Ia berjalan lebih ringan, lebih terkoneksi dengan kawan-kawannya ketika berbicara dan ia tidak membutuhkan lawan jenis untuk mengisi kesepiannya. Bahkan, yang lebih penting menurutnya, ia tidak lagi terobsesi terhadap Noe dan pemahaman akan perasaan itu sungguh melegakan.
Pada satu hari, pada saat ia sedang mengajar di kampus, ia menemukan ponselnya berdering dan betapa terkejut wanita itu nomor yang menghubunginya adalah Ramu. Bisa dibilang wanita itu sudah melupakan Ramu sama sekali. Bukan berarti ia sudah menemukan penggantinya. Ia hanya fokus kepada pendidikan karirnya dan sahabat-sahabatnya dan ketiga hal tersebut sudah cukup membuatnya penuh. Dan nama Ramu yang muncul di ponselnya membuat jantung wanita itu berdebar-debar. Wanita itu pun memberikan tugas ringan kepada para mahasiswa dan ia pun membawa ponsel itu keluar kelas dan mengangkatnya.
Lulu menjawab dengan halo singkat.
“Aku sedang berada di Jakarta sekarang,” kata Ramu.
“Hmm,” kata Lulu tidak tahu harus menjawab apa.
“Aku merindukanmu.”