Sepasang Es Krim

Hizbul Ridho
Chapter #24

Kontrak Jiwa

Noe berjalan di trotoar jalan Margonda malam itu. Ia sedang melekatkan ponsel di telinganya dan mendengarkan seseorang berbicara dari balik sana. Malam itu tidak begitu padat, sesekali kendaraan lewat dan lampu-lampu jalan terlihat begitu teduh, begitupun lampu-lampu yang berasal dari gedung-gedung di sepanjang jalan Margonda. Untuk itu, selain kata-kata Noe, apa yang dibicarakan oleh seseorang di dalam ponsel itu tidak terdengar jelas.

“Iya, aman… bentar lagi, kok. Draft pertamanya udah siap. Gua cuma butuh sedikit moles aja. Beres, Min. Buatlu apa sih yang nggak.”

Noe menutup sambungan ponsel mereka dan ia masih tersenyum. Ia berjalan menuju jalan Yahya Nuih dan ia berpapasan dengan sepasang pemuda yang tidak ia kenali. Ia tidak mengenalinya namun ia cukup senang melihat kemesraan mereka. Noe menuruni jalan dan ia berhenti, menyadari Indomaret di pangkal jalan itu. lelaki itu pun berbalik arah dan berjalan menuju Indomaret.

Noe membuka pintu Indomaret dan pandangannya langsung tertuju kepada kotak pendingin es krim. Entah kenapa, malam itu ia tiba-tiba saja menginginkan es krim dan yang lebih mengejutkan lagi adalah, wanita yang berdiri di hadapan kotak pendingin es krim itu adalah Lulu. Mereka saling pandang, menyembunyikan keterkejutan dengan saling melempar senyum. Noe berjalan mendekati Lulu.

“Kamu lagi pengen es krim juga?” kata Noe.

“Iya, nih tumbenan. Padahal tadi habis hujan. Cuacanya masih dingin banget, tapi tiba-tiba aja pengen es krim.”

“Aku juga tiba-tiba aja tadi, waktu jalan menuju kosan.”

Lulu membuka penutup kotak pendingin es krim itu dengan tangan kanannya, tanpa cincin yang melingkar di jari manisnya.

“Kamu mau apa? Biar aku pilihin.”

“Apa aja deh, ya. Aku nggak terlalu pengen yang spesifik sih.”

Lihat selengkapnya