SEPASANG SANDAL

Imroatul Mughafadoh
Chapter #7

6. Happy News

"Perempuan itu lebih bahagia dengan kepastian, bukan rayuan."

//==//

Hari ini aku kembali ke pesantren. Liburan memang belum usai, tapi acara khitan Zain membuatku harus segera kembali. Umi akan kerepotan jika hanya berdua dengan Mbak Ami.

Setelah berpamitan, aku berjalan menuju halte. Barang bawaanku tidak banyak, hanya ada handbag berisi boneka bebek yang kemarin dibelikan kang Farhan dan sekardus cemilan untuk oleh-oleh.

Saat bus yang aku tumpangi melaju, aku teringat pertemuan terakhirku dengan Kang Farhan. Saat itu lampu merah, mobil berhenti. Tepat di depan kami sepasang pemuda dan pemudi berboncengan menggunakan motor. Aku teringat video whatsapp yang pernah di-posting oleh salah satu temanku. Tanpa sengaja bibirku bergumam.

“Imam itu di depan, bukan di samping.”

Kang Farhan sontak menoleh. “Kata siapa?” tanyanya menghadapku. Keningnya berkerut.

“Ah, nggak. Kemarin lihat video whatsapp. Awalnya pasangan muda-mudi naik mobil kayak kita gini. Tiba-tiba pas lampu merah, di sebelah mobil ada anak muda yang naik sepeda motor. Si pengemudi mobil dengan kepala terangkat menyombongkan dirinya. Dia merasa lengkap karena memiliki harta, makanya bisa mendapatkan seorang pacar. Eh, pas nengok ke samping pacarnya malah udah nggak ada. Dan ternyata sang pacar pindah ke motor yang tadi direndahkannya. Terus si pengemudi motor bilang gini, ‘imam itu di depan, bukan di samping, gitu.”

“Terus?” sahutnya.

Aku menggeleng. “Nggak ada.”

“Kamu sependapat sama pengemudi motor itu?” tanyanya penasaran. Kang Farhan sampai menoleh ke arahku.

“Mungkin,” jawabku asal.

Kang Farhan menghela nafas. “Jangan mungkin, Ya. Harus bisa milih dong, dan dengan argument yang kuat.”

Aku menoleh ke arahnya saat lampu lalu lintas kembali hijau. “Kalau menurut Kang gimana?” tanyaku yang kini menjadi penasaran dengan pola pikirnya tentang hubungan pernikahan.

Kang Farhan melihatkuku sekilas sembari tersenyum. “Di satu sisi setuju, karena memang adakalanya laki-laki itu memimpin. Tapi di sisi lain, laki-laki juga berperan sebagai pendamping. Kita bisa menjalani hubungan ini bukan karena Kang yang ngatur kamu, kan? Tapi kita yang berjalan beriringan. Seperti, sama-sama setia, saling mendukung dan saling mengoreksi. Contoh lain, kenapa sholat berjamaah pahalanya lebih besar dibanding sholat sendiri atau munfarid?”

“Karena berjamaah,” jawabku enteng.

Kang Farhan tersenyum. “Nggak pas, Ya jawaban kamu. Jadi gini, saat kamu dan Kang sholat berjamaah, Kang memang bertugas mengimami. Kesempurnaan sholat ditentukan oleh Kang. Tapi jika saat di tengah sholat kamu keluar barisan, atau tidak mengikuti Kang, bagaimana hukum berjamaah kita? Kang tetap harus menjaga agar kamu bertahan menjadi makmum dengan cara memperbaiki bacaan, mengatur kecepatan, tuma’ninah dan banyak hal yang berpengaruh terhadap kekhusu’an sholat kita. Meskipun Kang sebagai leader. Ada saat dimana Kang bertugas sebagai manager ataupun office boy. Kamu paham?”

Aku mengangguk. Tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. Sampai di sini aku paham kenapa aku sangat mengaguminya. Kang Farhan selalu punya cara unik untuk menganalogikan sesuatu. Dia mengajariku tanpa perlu bersikap sebagai guru. Aku sangat menyukainya.

“Mbak, turun dimana?”

Aku tersentak. Lamunanku terganggu oleh kenek bus yang sudah berdiri di samping tempat dudukku. Aku menoleh ke luar, plang pesantrenku sudah di depan mata. Ternyata bus memang sudah berhenti. Sopir bus ini sudah hafal denganku, makanya dia menghentikan busnya di sini.

“Turun disini, Bang," jawabku cepat.

Kenek itu membawakan kardusku turun dari bus. Aku berjalan dengan dua tangan yang membawa barang bawaan. Langkahku menuju pesantren semakin ringan. Ingatan tentang Kang Farhan membuatku tersenyum sepanjang jalan.

Saat sampai di depan gerbang pesantren, aku berhenti. Melihat ke arah ndalem Abi yang di depannya sudah berdiri tenda besar. Acara khitan Zain memang diadakan besar-besaran. Padahal acaranya masih tiga hari lagi, tapi tendanya sudah berdiri sempurna hari ini. Aku kembali berjalan, melangkah maju menuju pintu masuk pesantren.

Lihat selengkapnya