Sepasang Sepatu

dian
Chapter #1

P R O L O G U E


————————


30 Mei 2021, Hujan mengguyur Kota London dengan lebatnya. Akibatnya aktivitas separuh penghuni kota metropolitan itu mau tidak mau harus tersendat. Hari mulai menggelap saat Sang Surya telah pulang ke peraduannya. Tepat pukul 19:00 waktu yang padat untuk kota sebesar London.


Ditengah kerumunan orang-orang yang sibuk melangkah tergesa, tampak seorang perempuan muda dengan rambut blonde sebahunya berdiri dengan tangan dilipat didepan dada, manik cantik matanya tak henti melirik kearah jam tangan silver yang melingkar di pergengalan tangannya.


"Selalu saja! Hujan disaat yang tidak tepat!," gerutunya sambil sesekali berjinjit mengamati sekitar.


Dia adalah Emma, Emma Wilston. Seorang penulis lepas, juga seorang penyiar radio di salah satu stasiun radio di Kota London. Pekerjaan ini mulai ia tekuni semenjak tinggal terpisah dari kedua orangtuanya, karena keinganannya untuk mengembangkan dirinya sebagai penulis profesional Emma pindah ke London seorang diri, sedangkan kedua orangtuanya tinggal di Jakarta. Emma adalah blasteran Inggris-indonesia maka dari itu ia memiliki wajah dengan perpaduan yang luar biasa cantik!.

Tak jauh dari posisi gadis cantik dengan tinggi 160cm itu, terlihat seorang pria tinggi dengan setelan jas rapi masih melekat di tubuhnya. Meski agak basah karena hujan namun pesonanya tidak luntur. Pria jangkung itu sesekali menatap Emma yang sedari tadi mengusik perhatiannya.

Tanpa ia sadari bibirnya membentuk sebuah lengkungan samar, entah kenapa ia merasa ada yang aneh dengan dirinya saat menatap manik hitam gadis itu! Padahal ini pertemuan yang pertama.

Dia adalan Steevant Lutchiver, pria mapan dengan karier yang cemerlang. Sejak usianya menginjak 25 tahun ia sudah berhasil menjadi jaksa muda di kantor jaksa terkemuka di London. Alih-alih menikmati hidup dengan kemewahan Steevant yang juga pewaris dari sebuah mall besar di pusat Kota London lebih memilih hidup seorang diri disebuah apartemen sederhana yang ia beli dari hasil jerih payahnya sebagai seorang Jaksa.

Pertemuan-pertemuan antara Emma dan Steevant terus berulang hingga terasa seperti deja vu. Setiap pertemuan yang terjadi hanya Steevant yang merasakannya sedangkan Emma? Ia bahkan tidak pernah tahu kalau ada pria bernama Steevant yang kerap berbagi atap halte bus dengannya.

—-------—

14 Juni 2021, Emma memilih untuk pindah ke sebuah apartemen yang lebih baik dari tempat lamanya.

Alasan Emma memilih pindah rumah adalah karena di apartemen yang ia sewa sebelumnya adalah gedung tua yang mungkin kapan saja bisa roboh, terlebih lagi jaraknya terlalu jauh dengan stasiun radio tempatnya bekerja, dan yang paling utama adalah karena apartemennya itu bersebelahan dengan club sehingga membuatnya merasa seolah dunia tidak pernah damai, untuk sekedar istirahat saja ia kesulitan apalagi menulis naskah novel jelas konsentrasinya membuyar.

"Tolong barangnya taruh di sini saja ya," kata Emma pada beberapa orang yang sibuk menurunkan barang bawaannya dari mobil pick up.

Kemudian ia kembali fokus pada sambungan telepon yang masih tidak terputus sejak 2 jam lalu. Siapa lagi kalau bukan Sang Ibu tercinta yang super panik kalau sudah menyangkut masalah putrinya ini, terlebih Emma adalah anak perempuan satu-satunya jadi ya wajar saja.

"Aku tutup ya Ma, aku harus membersihkan apartemenku lalu menatanya.. Akan ku telepon lagi nanti ya.. byee," kata Emma kemudian dengan cepat membawa beberapa kotak kecil berwarna cokelat masuk ke dalam apartemennya.

Saat pintu lift terbuka dengan segera Emma menuju ke unit apartemen yang ia sewa, sesaat setelah ia masuk ke dalam terdengar unit di sebelah terbuka —apakah itu tetangganya? Kalimat yang terbesit dalam benaknya. Dengan derap langkah perlahan Emma mengintip pintu silver di depan unitnya yang telah tertutup rapat.

Cukup lama berkutat dengan semua barang-barangnya memindahkannya lalu menatanya, perlu waktu lebih dari sehari hingga semua tampak sesuai harapan, dengan tenaga yang tersisa setengah Emma merebahkan tubuhnya diatas sofa berwarna hitamnya.

Suara notifikasi benda pipih pintarnya mengalihkan perhatian Emma.

Zayn

Sudah selesai?.

Perlu sesuatu yang lain?.

[19:01]

Emma membaca pesan dari teman baiknya itu, sebenarnya alasan Emma mengenal Zayn adalah berkat sahabat Shasa. Emma dan Shasa adalah sahabat baik, dahulu Shasa juga menekuni dunia novel dan ingin menjadi penulis tapi itu dulu. Kini gadis dengan rambut panjang itu memulai dunia baru dengan membuka sebuah florist.


Lihat selengkapnya