"Hompimpa alaium gambreng," ketiga tangan muncul, membentuk sebuah pola, 2 putih dan 1 hitam.
"Ini diitungnya item atau putih? Soalnya tangan gue gaada sisi itemnya," elak salah satu anak dengan tangan yang beda sendiri.
"Lu anak cowok kek perawan, gue yang perawan aja tangan ga semulus itu anjir" Alie menarik tangan Cakra secara paksa, mencoba merasakan kelembutan yang sering jadi omongan circle mereka.
Namun, Cakra segera menarik tangannya beberapa detik setelah bersentuhan dengan kulit tangan Alie.
"Lu abis nguli dimana? Tangan lu kaya abis ngaduk semen," celetukan Cakra membuat Kama ikut penasaran dan bangkit dari kursinya untuk meraba raba tangan kuli Aliesha.
"Kampret Lo!" Umpatnya seraya melempar sebuah tisu bekas yang sudah digunakannya.
"Haha iya juga ini tangan kaya gagang pacul," sambung Kama dengan tawa yang berhamburan setelah serangan cakra yang membuat mereka berdua tenggelam dalam lelucon yang mengalihkan pembicaraan.
"Sialan ya kalian! Dahh pokoknya lu yang ngerjain tuh tugas, nanti kita salin jawabannya," ucap Alie mengembalikan topik pembicaraan ke titik awal.
"Perasaan, setiap gini ginian gua Mulu yang kena, lu berdua sekongkolan kan? Ga percaya kalo engga mah," merasa ada yang tak beres dengan hasil yang tidak pernah berpihak padanya, Cakra melayangkan protes pada keduanya.
Kama dan Alie saling bertatapan, memberikan isyarat, menyembunyikan sesuatu dari Cakra dengan senyuman yang membuat teka teki ini semakin jelas.
"Hahaha, lagian dari kita bertiga lu yang peringkatnya paling tinggi, kita mah cuman pengen memastikan nilai kita diatas KKM aja," celetukan Kama dengan tawa yang ditahannya bersama Alie.
"Lagian kan mata pelajarannya ada di kelas lu duluan, kitamah kan besoknya," kata kata dukungan dari Alie membuat Cakra tak berdaya.
"Terus ngapain hompimpa anjirr,"
Mereka bertiga memiliki kegiatan 'club'nya sendiri, sebuah club yang disebut sebagai club Sepatu Baja.
Club yang serupa dengan kisah Cinderella, dimana mereka akan menjadi diri mereka sendiri dibalik jam jam sibuk sekolah dan keluarga.
Itulah konsep persahabatan mereka yang sudah dimulai sejak bangku SMP, bahkan di SMA mereka selalu bersama dan hanya terpisahkan oleh dinding kelas yang berbeda.
"Kenapa kita harus ke Cafe ini si, jauh banget dari sekolah, ya meskipun tempatnya nyaman si, tapi tetep aja jauh dari sekolah," keluh Cakra sembari mulai membuka ranselnya.
"Ya itu intinya, yang pertama tempatnya nyaman, terus yang kedua, jauh dari sekolah, gue cuman pengen lepas aja dari jalan, suasana dan lingkungan sekolah," kata Alie yang menjawab pertanyaan Cakra.
"Udahlah, yang penting nyaman, sekarang mau order apa nih, udah 15 menit duduk disini masa belom pesen apa apa, bikin malu aja lu berdua," Alie yang tiba terlebih dahulu sudah memesan, namun kedua sahabatnya justru malah melamun dan sibuk dengan ponselnya masing masing. Perhatian mereka bak tersedot kedalam jurang internet yang menghipnotis.
"Gue pengen double chocolate chip Cream," katanya sembari mengeluarkan buku bukunya dari dalam tas untuk memulai mengerjakan tugasnya.