Sepedaku

Reda Rendha Deviasri
Chapter #3

Bapak Agus

Kaos berkerah biru, celana hitam komprang, rambut sebahu diikat karet merah, berjalan menuntunku menaiki tempat parkiran menanjak menuju deretan mesin-mesin beroda dua. Mahda memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencari celah tempatku berteduh setelah tubuhku lusuh oleh asap kendaraan pagi itu. Pria berkumis tebal, berbaju putih nan gembul itu menatap kami dengan aneh. Tergambar di dahinya jika otanya penuh tanda tanya yang mendesak untuk keluar melalui mulutnya.

"Taruh sini saja!"

Ternyata kalimat ini yang keluar dari mulutnya sembari tangannya menggeser sebuah sepeda motor bebek di dekatnya. Dugaanku salah. Ku kira ia akan bertanya tentang kedudukan kami di kampus ini karena hanya aku yang tak bermesin ini yang berani dijejerkan dengan mereka yang jelas tak akan meneteskan keringat bagi tuannya.

"Ning, sepeda motornya mana?"

Eits, pertanyaan ini membuatku penasaran. Sepeda motornya siapa coba? Salah orang Bapak.

"Hmmm ... Anu, bukan sepeda motor saya, Pak"

Jawaban Mahda yang ini semakin membuatku penasaran. Apa yang terjadi dengan Mahda selama satu minggu di sini? Sepeda motor siapa? Ah, mengapa jadi aku yang penuh dengan tanda tanya. Setahuku dia tidak pernah mengendara sepeda motor, apalagi di jalan yang sepadat tadi. Aku kira dia naik angkot untuk bisa ke sini. Ah, biarlah! Tidak begitu penting untuk dipikirkan.

Kualihkan perhatianku dari sepeda motor misterius tadi ke arah deretan terhingga motor-motor yang ada di sampingku. Aku sedang mencari teman. Mungkin ada yang sama seperti kami. Nihil. Ku tengok ke barisan belakang rodaku. Ternyata tetap nihil. Hmmm ... Rasa tidak percaya diri tiba-tiba muncul di rantai rodaku. Semuanya terbungkus besi mengkilat, sedangkan aku telanjang tak berbungkus sedikit pun.

"Terimakasih, Pak Agus!" Mahda berlalu pergi bersama tas sederhana yang ia pindahkan dari posisi melintang di bahu kiri ke posisi vertikal di bahu kanan.

Lihat selengkapnya