“GOOOLLL!”
Audy sontak membuka matanya. Tidur pulasnya terganggu teriakan barusan. Tangannya mengucek mata yang seolah masih baru menyala setengah watt. Samar-samar terlihat jam di dinding yang menunjukkan pukul enam. Sudah pagi rupanya.
Suasana rumah sudah terdengar ramai. Beberapa kali terdengar suara piring berdenting dan kursi-kursi yang digeser. Sepertinya Ayah dan Ibu sedang bersiap-siap untuk ke kantor. Mungkin sambil sarapan, dan menonton sepakbola.
“Yah! Nggak masuk! Itu, sih, tendangan tarkam!” Terdengar suara Reifan. Rupanya ia yang tengah menonton sepakbola di televisi ruang tengah.
Pertengahan bulan Juni hingga Juli ini memang menjadi “surga” bagi para pecinta sepakbola. Piala Dunia 1994 sedang digelar dan kini sudah memasuki babak perempat final. Sebentar lagi semifinal, lalu final.
Audy sendiri sebenarnya juga terbius dengan hura-hura Piala Dunia. Makanya ia masih mengantuk—dan masih ingin tidur juga. Gara-gara semalam baru tidur sekitar pukul tiga pagi demi menyaksikan tim kesayangannya, Jerman, yang berhadapan dengan Bulgaria. Untunglah sekolah masih libur. Jadi, jikapun ia melanjutkan tidurnya juga tidak masalah.
Suara televisi terdengar keras. Kadang diseling suara Reifan, adik Audy, serta Ayah yang sepertinya juga ikut menonton. Ibu pun juga sesekali terdengar suaranya. Tampaknya, Piala Dunia kali ini mampu membius hampir semua orang, termasuk yang tadinya tidak suka sepakbola sekalipun—Ibu tidak suka sepakbola.
Piala Dunia 1994 diselenggarakan di Amerika Serikat. Sekadar informasi, Amerika Serikat bukanlah negara yang menggemari sepakbola. Di sana, sepakbola kalah pamor dengan bola basket dan American Football. Lihat saja sebutannya: soccer. Bukan football seperti di negara lain. Football sendiri dipakai untuk menyebut olahraga rugby atau American Football. Konon, pemain sepakbola—soccer—di Amerika kebanyakan wanita. Citranya konon adalah olahraga perempuan. Yang laki-laki? American Football, dong! Dari seragamnya saja sudah terlihat kalau American Football adalah olahraga macho khas laki-laki. Besar-besar, gempal-gempal, dan kalau peluit sudah dibunyikan, wuih! Dijamin langsung “bak-buk-bak-buk”!