Sepenggal Kisah dari SMP

Nadya Wijanarko
Chapter #3

Para Cowok Idola

Audy akhirnya memberanikan diri keluar kamar. Ayah dan Ibu sudah berangkat ke kantor. Tampak Reifan sedang duduk di lantai sambil matanya serius terus menatap televisi. Audy lalu duduk di sofa di belakang Reifan. Pertandingan sudah menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Namun, tulisan penunjuk skor belum muncul.

“Siapa yang menang, Fan?” Audy bertanya, sekadar berbasa-basi.

“Swedia.” Reifan menjawab singkat. Matanya masih tertuju layar.

“Oh….” Audy menyahut tak acuh. Audy tampak berusaha menunjukkan kalau ia sudah tidak tertarik lagi dengan sepakbola. Ia malas jika harus beradu mulut dengan Reifan yang suka berkomentar tajam.

Seperti umumnya anak laki-laki, Reifan menyukai sepakbola. Tentu saja Reifan tidak mau ketinggalan Piala Dunia. Baginya, pertandingan Piala Dunia adalah tontonan wajib yang tidak boleh terlewatkan. Bahkan sampai-sampai ketika berlibur ke Bali beberapa waktu yang lalu, ia malah lebih sibuk di depan televisi, begadang menunggu pertandingan, dan tidak peduli keesokan harinya malah terkantuk-kantuk menuju tempat wisata.

Tiba-tiba Reifan meraih remote dan mematikan televisi. Kemudian bangkit dan pergi ke dapur. Audy melirik sekilas adiknya itu. Lalu mengambil remote yang tadi dan kembali menyalakan televisi. Reifan memang sering berbuat sembarangan begini. Main matikan televisi saja padahal jelas-jelas ada orang yang (mungkin) masih menonton.

Ah, ya sudahlah, mungkin ia masih bete, pikir Audy. Sama sepertinya, Reifan juga sebenarnya tengah kecewa dengan hasil pertandingan sepakbola. Tim jagoannya, Belanda, kalah dari Brazil, juga di babak perempat final. Dan ketika Belanda kalah, Audy mengejeknya habis-habisan. Siapa sangka jika Audy ternyata juga “bernasib” sama, kecewa karena jagoannya kalah?

Audy beberapa kali menekan tombol pada remote control. Akhirnya ia kembali mematikan televisi. Reifan benar. Acara televisi pagi ini tidak ada yang menarik.

Audy segera bangkit menuju kamarnya, mengambil handuk dan lalu pergi ke kamar mandi. Bi Mar, pembantu rumah tangga yang bekerja di tempat Audy, merasa heran melihat tingkah anak majikannya itu yang tidak seperti biasanya. Biasanya, sebelum mandi Audy memasak air terlebih dahulu. Ia memang biasa mandi dengan air panas, apalagi di pagi hari. Namun, kali ini tampaknya Audy ingin mandi dengan air dingin. Kepalanya yang sedang “panas” mungkin akan sejuk jika diguyur dengan air dingin.

Lihat selengkapnya