Audy, Mikha, dan Nicky berasal dari sekolah dasar yang sama yang lokasinya bersebelahan persis dengan SMP-nya sekarang—makanya satu rayon, kan? Dulu ketika baru pindah dari Ciputat, Audy sempat sekelas dengan Nicky. Tidak pernah duduk sebangku, tetapi ranking mereka selalu berdekatan.
Nama asli Nicky adalah Niken—nama yang manis untuk anak perempuan. Akan tetapi, entah kenapa ia lebih suka dipanggil Nicky, atau kadang Nick—panggilan yang terdengar kelaki-lakian sementara orangnya bahkan tidak lebih tomboy ketimbang Audy. Nicky berambut panjang, berbeda dengan Audy yang tidak pernah mengizinkan rambutnya melewati bahu.
Nicky ini murid serba bisa. Selain pintar dalam mata pelajaran inti yang materinya diujikan pada saat EBTANAS, Nicky juga jago menggambar. Yah, mungkin suatu saat ia akan menjadi arsitek. Siapa tahu, kan?
Nah, dengan kemampuan Nicky yang serba bisa itu, tak heran jika ia adalah pemegang peringkat satu sejak kelas satu SD. Setiap pembagian rapor, ranking pertama selalu dipegang Nicky. Sampai-sampai teman sekelasnya bosan.
Lalu ketika Audy datang sebagai siswa baru di kelas lima, muncul harapan kalau mungkin Audy-lah yang akan menggeser kedudukan Nicky. Setidaknya, menurut desas-desus, sebagian besar warga kelas 5A—kelas Nicky dan Audy—banyak yang mendukung Audy untuk menjadi juara kelas. Audy sendiri belum apa-apa langsung menyodok ke urutan kedua begitu pembagian rapor di caturwulan pertama. Harapan pun membuncah.
Sayangnya, ternyata Audy hanya mampu menjadi bayang-bayang Nicky. Ranking-nya tidak pernah lebih tinggi dari Nicky. Bahkan NEM Audy pun di bawah Nicky. Terbukti, mereka tidak sekelas di SMP karena Nicky “berhasil” masuk kelas I-1 yang unggulan.
Dalam hal akademis, Nicky adalah “rival abadi” bagi Audy. Meski demikian, keduanya justru berteman akrab. Di SMP, Nicky adalah teman Audy paling dekat. Audy yang sulit menjalin pertemanan hanya bisa akrab dengan orang yang sudah lama dikenalnya. Dan Nicky adalah orang yang paling sering berinteraksi dengan Audy.
Adapun Mikha, juga berasal dari SD yang sama, tetapi tidak sekelas—Mikha berada di kelas 5C. Semasa SD, mereka hampir tidak pernah berinteraksi, apalagi kelas mereka terjeda satu ruangan—kelas 5B—di tengah-tengah. Paling hanya sebatas tahu wajah.
Audy dan Mikha mulai menjalin pertemanan ketika duduk sebangku pada penataran siswa baru di masa awal SMP karena daftar presensi yang berurutan sebagai sesama orang dengan nama yang diawali huruf “M”. Asal sekolah yang sama membuat bahan obrolan di antara keduanya mengalir lancar. Mereka akhirnya berteman dekat juga.
Sewaktu SD, Audy paling suka dengan pelajaran olahraga. Bukan karena ia benar-benar jago olahraga, tetapi karena setiap jam pelajaran olahraga, guru yang mengajar pasti mengajak para siswa ke sebuah lokasi tak jauh dari sekolah.
Lokasi itu terletak di dalam komplek perumahan milik sebuah bank pemerintah. Lingkungannya masih asri dengan banyak pepohonan di pinggir-pinggir jalannya. Tempat yang digunakan untuk berolahraga berada di salah satu sisi di mana terdapat dua buah lapangan bulutangkis dan dikelilingi juga oleh hamparan rumput luas.
Materi pelajaran olahraga biasanya berupa senam pemanasan singkat. Kemudian diikuti dengan materi tertentu seperti lempar-tangkap bola voli, atau tes lari cepat.
Pelajaran olahraga memakan waktu selama dua jam pelajaran dan selalu menyisakan waktu, biasanya hingga satu jam. Nah, sisa waktu yang panjang itu kemudian dimanfaatkan para siswa untuk bebas bermain. Para siswa biasanya bermain sepakbola dengan menggunakan bola plastik di lapangan bulutangkis. Sedangkan para siswi lebih suka bermain kasti di hamparan rumput.
Audy sendiri lebih banyak menonton di pinggir lapangan ketimbang bergabung. Ia, yang merasa sebagai warga baru, selalu sungkan untuk ikut bermain, dan takut kalau-kalau malah mengacaukan tim.
Hanya saja, lama-lama Audy pun merasa bosan. Maka, suatu hari ia pun menyingkir dan memilih berjalan-jalan saja. Hingga kemudian tak sengaja menemukan sebuah gedung di tengah komplek.
Dari luar, gedung itu tampak seperti museum. Namun, itu sebenarnya merupakan gedung serba guna untuk warga penghuni. Atapnya bulat, mirip dengan Keong Mas di Taman Mini Indonesia Indah, tetapi berwarna abu-abu. Pintu depan gedung itu selalu dikunci. Akan tetapi, Audy yang rasa ingin tahunya besar berhasil menemukan jalan masuk lewat pintu samping. Suasana di dalam gedung itu sendiri sangat lowong dan luas. Terdapat undakan di pinggirnya sehingga mirip gedung pertunjukan drama.
Audy sering duduk menyendiri di sana sambil minum dan kadang membaca komik yang diam-diam ia bawa dari rumah. Bosan sendirian, ia lalu mengajak Nicky.
Ketika SMP, ia juga pernah mengajak Mikha. Waktu itu, mereka janjian untuk bertemu lebih awal sebelum jam sekolah karena Mikha ingin menyontek PR fisika yang sudah dikerjakan Audy terlebih dahulu—soalnya banyak dan Mikha tidak mengerti. Khawatir ketahuan Pak Chris dan jadi masalah, Audy pun mengajak Mikha untuk mengerjakannya di gedung itu saja.
Rumah Mikha sendiri berada di daerah Cilandak Barat, tidak terlalu jauh dari sekolah yang berada di kawasan Cipete Selatan. Setiap hari ia pergi dan pulang naik sebuah angkutan umum kecil yang jalurnya memang lewat tengah komplek itu. Dan seumur-umur, baru kali itu ia menyadari keberadaan gedung tersebut.
Akhirnya, gedung itu pun menjadi tempat bertemu bagi Audy, Nicky, dan Mikha. “Tempat Rahasia”. Begitu mereka menyebutnya. Bukan karena tempatnya tersembunyi dan rahasia betulan, sih. Kan, gedungnya terlihat jelas dari luar? Namun, lebih karena—tampaknya—tidak ada yang menyangka jika gedung itu ternyata bisa jadi “basecamp” juga.
Siang ini, Audy tengah berada di gedung itu. Bersama Nicky dan Mikha tentunya. Tadi, kan, Nicky mengajaknya bertemu setelah pembagian kelas. Mikha yang sedari tadi bersama Audy ikut bergabung juga.
Audy merebahkan tubuhnya di salah satu undakan, tiduran berbantalkan tas sekolah. Nicky duduk sambil menyeruput minuman dari botol minum yang selalu dibawanya. Mikha duduk sambil menyelonjorkan kaki.
Audy senang Nicky mengajaknya ke sini. Daripada garing jauh-jauh datang dari Ciputat hanya untuk langsung pulang lagi, kan?
“Kelas kalian dapat pagi atau siang?” tanya Nicky.
“Siang.” Mikha yang menjawab.
“Nggak minta pindah pagi?”
“Nggak. Males. Ngapain? Lagian besok ada pertandingan final Piala Dunia. Kalo gue masuk pagi, yang ada nanti malah telat,” jawab Audy.