Sepenggal Kisah dari SMP

Nadya Wijanarko
Chapter #14

Memang Siapa yang Mau Bolos?

“Pasar Minggu! Lewat Fatmawati!” Sudah hampir pukul satu ketika sebuah angkutan umum berwarna merah kembali berhenti di depan halte.

Audy menatap ragu, takut kalau-kalau malah diusir seperti tadi. Namun, tiba-tiba seorang anak laki-laki berseragam SMP dengan rambut model crew cut langsung sigap melompat naik.

Rivano!

Audy pun mengikuti Rivano. Syukurlah ada teman meski berbeda kelas.

“Tarif umum, ya! Tarif umum!” Supir angkutan umum itu berteriak ketika Rivano dan Audy naik.

“Hei,” sapa Rivano.

“Ya?”

“Lo di kelas II-6, kan?”

“Iya,” jawab Audy, sembari mendelik. Apa lagi, nih? Masa tidak tahu kalau Audy ada di kelas II-6?

"Berarti bener, yang di kelas II-1 itu Audi yang anak basket itu, ya? Bukan elo." Rivano seolah mengambil kesimpulan sendiri.

Audy pun kembali mendelik. Apa-apaan, sih? Kenapa lagi-lagi "kembarannya" itu disebut?

"Gue nggak pernah keliatan di mata lo, ya?" sindir Audy.

"Kan kali aja lo sebenernya masuk pagi." Rivano masih dengan gaya cueknya.

Beberapa penumpang tampak naik ke dalam angkot. Audy dan Rivano menggeser ke posisi dekat pintu. Umumnya, para penumpang angkot memang lebih suka duduk di dekat pintu.

"Tolong digeser, Dek," tegur sopir angkot.

"Dekat, Bang." Rivano menjawab asal.

Audy juga malas menggeser duduk. Toh, para penumpang yang naik belakangan juga tidak keberatan duduk di bagian dalam.

“Kirain gue doang yang telat.” Nada suara Rivano menyiratkan kelegaan.

"Seneng, ya, ada barengan?" Audy terdengar sinis.

Rivano tidak menanggapi. Audy juga memilih untuk sama-sama tidak menanggapi.

Kendaraan tak lama melaju. Tak perlu menunggu lama untuk penuh karena lebih banyak orang yang membutuhkan kendaraan umum.

Lalu lintas tampak lebih lengang karena angkutan-angkutan umum sebagian besar menghentikan operasinya. Perjalanan hingga tiba di depan jalan menuju sekolah pun lebih cepat dari biasanya.

“Kiri, Bang.” Audy meminta angkutan berhenti. Ia tengah mengambil uang dari sakunya ketika Rivano turun mendahuluinya.

“MONYET! UANGNYA KURANG!” Terdengar teriakan dari supir angkutan umum.

Audy terkejut. Ia menengok dan dilihatnya Rivano sudah menyeberang dan berlari menuju sekolah.

Audy akhirnya memasukkan dua lembar uang seratus rupiah dan menggantinya dengan satu lembar lima ratus rupiah.

Lihat selengkapnya