“Bagi duit, dong, Bob!” Rio menghadang Bobby di depan sekolah.
Bobby pun gelagapan. “Nggak ada, Ri….”
“Halah! Ini apa?” Tangan Rio secepat kilat menarik beberapa lembaran uang dari saku baju Bobby.
“Eh … jangan … itu buat jajan gue seminggu….” Bobby berusaha mencegah.
“Yaelah! Pelit amat, sih! Lo minta lagi aja sana sama bonyok, lo!”
Bobby terdiam. Ia memang bukan lawan Rio yang berbadan besar. Akhirnya, ia hanya bisa pasrah.
“Ya udah. Ambil aja.”
“Nah, gitu dong.” Rio tersenyum senang. Ia memasukkan uang itu ke sakunya. “Eh, hari ini gue mau cabut. Lo ntar bilang ke guru kalo gue sakit, ya?”
“Ha?”
“Bilang ke guru kalau gue sakit!” Nada suara Rio terdengar mengancam.
“Iya … iya….”
“Janji!” Rio menuntut kepastian.
“Iya….”
“Lo harus bersumpah!”
Heh? Toh, Bobby akhirnya mengajungkan kedua jari kanannya membentuk huruf “V”.
“I swear….” Bobby malah berucap dengan nada lagu “I Swear”-nya grup musik All For One.
“Jangan bercanda lo!” Rio malah marah.
“Iya … iya … gue bakal bilang kalo elo sakit!”
Bobby kemudian berjalan menuju sekolah. Dan berpapasan dengan Audy yang sedari tadi ternyata mengamati adegan tersebut.
Audy biasanya cuek. Namun, kali ini ia gatal juga.
“Lo diapain sama Rio?” tanya Audy.
“Biasa….” Suara Bobby terdengar lemas.