Para siswa segera berhamburan keluar kelas ketika bel istirahat berbunyi. Meski begitu, Audy tampak tidak bergairah. Ia memilih untuk duduk di kelas saja.
“Mau ikut ke kantin, nggak?” tanya Zara.
Audy menggeleng.
“Ya udah. Kita ke kantin, ya?” Zara berdiri. “Yuk.” Ia mengajak Tanty dan Ajeng yang duduk di belakangnya.
Audy memandang ketiga sekawan yang tengah berjalan keluar kelas itu. Ajeng sedang senang-senangnya karena akhirnya bisa berjumpa lagi dengan Jonathan. Maklum, selama kurang lebih sebulan mereka “rehat” karena masuk bulan Ramadhan. Yah, masak puasa-puasa pacaran, sih?
Sesekali terdengar cekikikan sambil beberapa kali ditimpali dengan “cie … cieee….” dari obrolan ketiga sekawan itu. Kalau Audy tidak salah curi dengar, hari Minggu besok Ajeng berencana untuk kencan berdua Jonathan ke Mal Pondok Indah.
Kelas akhirnya kosong. Tinggal Audy sendirian di dalam. Ia pun mengeluarkan walkman, memasang earphone, dan memasukkan kaset. Masih setia dengan Take That. Tangannya dengan lincah menekan tombol forward, kemudian stop, lalu play, forward lagi, play, stop, rewind … ya ampun, mau dengar lagu apa, sih?
Audy menelungkupkan kepalanya di atas meja begitu dentingan piano pembuka “Love Ain’t Here Anymore” mengalun. Lagu yang sangat cocok untuk Audy. Ajeng jadian. Mikha juga sudah punya pacar. Sedangkan Audy?
Love … ain’t here … anymore….
Lamat-lamat Audy mengikuti lirik lagu tersebut dengan suara pelan nyaris berbisik.
“Heh, sore-sore jangan tidur.”
Audy langsung membuka mata dan menegakkan punggung begitu ada yang mencolek lengannya. Ternyata Mikha.
Mikha tersenyum dan menyodorkan sebuah kotak berisi minuman teh dalam kemasan—yang satu lagi masih ia pegang.
“Buat lo, nih,” ujar Mikha.
“Thanks.” Audy mengambil kotak tersebut dan membuka plastik sedotannya. Setelah menusuk pada titik sedotan, ia pun segera menenggak isinya.
Mikha duduk di samping Audy. Ia juga membuka kemasan sedotan dan meminum tehnya.
“Dy, lo ada masalah?” tanya Mikha tiba-tiba.
“Masalah?” Audy menoleh. Tidak mengerti.
“Soalnya, gue perhatiin, sejak semester ini lo kayak kurang semangat. Kenapa, sih?”
“Oh.” Audy terdiam sebentar. “Nggak apa-apa.”
“Masalah cowok?” tembak Mikha.
“Eh?” Audy menoleh.
“Nah, kan? Cowok, kan?”
Audy tidak menjawab.
“Eh, itu Ajeng beneran jadian sama Jonathan?” tanya Mikha.
“Iya.” Audy menjawab pendek.
“Keren juga tuh, Ajeng, bisa dapet cowok kayak Jonathan,” puji Mikha.
Audy hanya tersenyum.
“Terus lo kapan?”
“Kapan apanya?” Audy balik bertanya, tidak mengerti.
“Ya jadiannya….”
Audy tertawa. “Sama siapa?”
“Ferry?”
Audy kembali tertawa. “Kok Ferry?”