Pagi ini Audy sudah berada di kelasnya. Kelas tampak ramai karena pengunjungnya bukan hanya siswa kelas II-6, tetapi juga II-2. Tentu saja ia bertemu Nicky.
“Hai, Dy. Ikut juga, lo?” sapa Nicky.
“Iya, dong.” Audy memasukkan film ke dalam kameranya. Tahun lalu setelah pembagian rapor kenaikan kelas, sekolah mengadakan study tour ke Yogyakarta selama seminggu. Audy malas ikut karena harus menginap. Ia memang tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang yang tidak terlalu dikenalnya terutama dalam waktu lama. Nicky waktu itu sempat protes karena ingin sekamar dengan Audy sebenarnya.
“Say cheese.” Audy langsung memotret Nicky.
Nicky yang tidak siap langsung bereaksi. “Eh, apaan, sih? Awas, ya, kalo foto gue elo sebar!”
Audy tertawa-tawa. “Nggak … nggak bakal gue sebar. Mau gue pakai buat jimat pengusir kecoak di kamar.” Audy malah bercanda.
Nicky yang sebal pun melempar Audy dengan gulungan sobekan kertas.
Kelas semakin ramai. Suasana terasa riuh karena para siswa saling mengobrol satu dengan lainnya.
“Hai, Audy. Bawa kamera juga, kan?” sapa Zara.
Audy menoleh dan menunjukkan kameranya.
Tak lama, Silvi datang bergabung. Dan langsung membuat tercengang karena ia langsung menunjukkan buku catatannya.
“Nih, gue udah buat pendahuluannya. Kalian setuju, nggak, kalo kayak gini?” Silvi menyerahkan buku itu ke Zara.
Zara membacanya, kemudian menyerahkannya ke Audy.
“Wow. Keren, lo!” Audy melongo.
“Kalo cuma pendahuluan, sih, gampang. Ambil aja dari buku pelajaran sama catatan yang ada. Kan, baru pengantar awalnya doang. Mending nyicil dari sekarang aja biar nanti nggak terlalu berat.”
“Setuju. Gue percaya sama elo.” Audy menyerahkan buku catatan itu kembali ke Silvi.
“Kalo udah setuju, nanti ini gue ketik,” ujar Silvi.
“Eh, iya. Nanti kita bikin makalahnya gimana? Ngetik sendiri-sendiri aja?” tanya Zara.
“Gue ada mesin tik listrik di rumah. Bisalah gue kerjain bagian gue,” ujar Audy.
“Gue paling nanti ngerjain di komputer di rumahnya Tanty. Gue sama Ajeng biasa nginep di rumah Tanty,” ujar Zara.
“Ya udah. Nanti kalo semua udah selesai, kasih aja ke gue. Ntar gue bikinin halaman sama daftar isinya juga. Sekalian kesimpulannya,” usul Silvi.
Beberapa anak laki-laki tampak menggerombol. Sementara di salah satu sudut, tampak Mikha tengah berbicara dengan Adrian. Adrian tampak sesekali tertawa, sementara wajah Mikha tampak semringah. Tampaknya tidak ada yang menyadari kalau ada sesuatu di antara mereka. Kecuali Audy tentunya. Ia hanya tersenyum melihat kedekatan keduanya.