Audy menaruh tas ranselnya di bagasi atas dan kemudian duduk di samping Mikha yang sudah terlebih dulu duduk di sisi jendela. Mereka adalah yang terakhir naik bus—bersama Pak Chris tentunya.
“Lo, kok, nggak bareng sama….” Audy menghentikan ucapannya. Ia kemudian menoleh dan melihat sekeliling, baru kemudian melanjutkan lagi, “…lo tahulah yang gue maksud.”
“Orangnya udah duluan,” jawab Mikha.
“Nggak gentlemen banget, sih? Kok, malah ninggalin?” kritik Audy.
“Kalo barengan, yang ada kita malah ketahuan.” Mikha berkata pelan. Ia pun melihat sekelilingnya juga—dengan pandangan yang terbatas. “Nggak enak kalo yang lain sampai tahu,” lanjutnya.
Bus kemudian melaju. Kelas II-6 menjadi kelas yang berangkat paling akhir gara-gara wali kelas yang ternyata tidak bisa datang. Untung ada Pak Chris (dan untung bukan Pak Steven!).
Audy melirik ke bangku paling belakang. Anak laki-laki hampir semuanya berkumpul di sana, kecuali Bobby yang memilih duduk di samping Lia. Bobby memang tampaknya tidak cocok bergabung dengan anak laki-laki. Atau mungkin takut kena dikerjai Rio.
Rio sendiri tampak tengah bercanda dengan Eza dan Adrian. Rifki sesekali menanggapi. Sedangkan Ferry terlihat lebih kalem.