Sepenggal Kisah dari SMP

Nadya Wijanarko
Chapter #33

Gosip

Siang jelang jam pelajaran pertama dimulai. Bel belum berbunyi dan beberapa guru tengah mengobrol di lorong. Beberapa siswa kelas satu tampak melewati para guru tersebut. Mereka menundukkan kepala dan memberi salam. Namun, setelah lewat, salah seorang menoleh ke belakang sambil berkasak-kusuk.

“Eh, yang tinggi itu Pak Chris, ya?” tanya salah seorang murid.

“Iya. Ganteng, ya?” timpal salah seorang lainnya.

“Pantas saja ada anak kelas dua yang naksir.” Salah seorang siswa yang lain ikut berkomentar.

“Oh, ya? Masa?” Seorang siswa yang lain terbelalak.

“Iya. Orangnya juga katanya pinter banget, lho. Katanya nggak pernah ikut ulangan perbaikan di mata pelajaran fisika.”

“Ya iyalah! Kan ada penyemangatnya.”

“Iya. Betul tuh….”

Mikha yang berjalan di belakang rombongan siswa kelas satu itu pun mau tidak mau ikut menguping. Dan mengernyit. Ada siswa kelas dua yang menyukai Pak Chris? Siapa? Tiba-tiba ada satu nama terbesit di benaknya. Akan tetapi … masa, sih?

Anak-anak yang tengah berada di luar kelas menunggu pergantian guru berangsur-angsur mulai memasuki kelas. Rupanya, guru yang akan mengajar sudah datang.

“Assalamualaikum warrah matullahi wabarakatuh.” Bu Adang, satu-satunya guru yang berjilbab di sekolah, memberi salam dan sudah bersiap untuk memberikan materi pelajaran Agama Islam.

“Wa alaikumus salam warrah matullahi wabarakatuh.” Para siswa menjawab serempak dengan jawaban salam lengkap sebagaimana yang diajarkan.

“Bagi yang bukan beragama Islam, dipersilakan jika ingin keluar kelas,” ujar Bu Adang, diikuti dengan keluarnya beberapa siswa yang bukan muslim.

Materi pelajaran hari ini adalah tentang adab. Bahwa adab memegang peranan penting dalam beragama. Tak terkecuali dalam menuntut ilmu.

“Dalam riwayat Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy, pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.” Bu Adang menerangkan, sementara para siswa mendengarkan dengan saksama.

Adab itu, lanjut Bu Adang, termasuk juga adab terhadap guru. Bu Adang mengingatkan para siswa agar menghargai guru dan memperlakukan guru dengan sepantasnya.

“Karena ilmu itu yang paling utama adalah keberkahannya dan keberkahan itu sangat bergantung pada rido guru.”

Selain itu, Bu Adang juga mengingatkan agar siswa senantiasa menjaga sikap kepada guru. Jangan bersikap tidak sopan apalagi kelewatan.

“Misalnya, jangan sampai kalian menjadikan guru kalian sebagai gebetan,” ujar Bu Adang yang disambut tawa seisi kelas.

Namun, Audy malah tersentak. Ia yang sedang mencatat segera berhenti dan menatap ke depan. Apa maksud Bu Adang? Kenapa tiba-tiba topiknya begini?

Kelas matematika dimulai. Para siswa sibuk mengerjakan latihan soal. Suasana hening. Hingga kemudian Pak Steven mulai berbicara, tetapi bukan tentang matematika. Melainkan tentang sikap murid dalam berhubungan dengan guru.

“Kalian mungkin sudah dengar sedikit gosip tentang murid yang bermasalah dengan guru, sampai akhirnya murid itu pindah karena tidak ingin bertemu lagi dengan guru tersebut.”

Lihat selengkapnya