Suara mesin mobil telah menyala. Tiba - tiba kami dikejutkan dengan suara ketukan dari jendela.
“Mbak Faya!” seru seseorang dari luar dengan wajah panik.
Aku dan Mas Gusti terkejut. kami berdua saling berpandangan sebagai tanda penasaran. Mas Gusti pun menyuruhku untuk membuka jendela.
“Eh Jessica, ada apa Jes, kok buru - buru sih ? kamu kenapa sih cemas gitu kayak habis ngelihat hantu ?” tanyaku dengan penuh heran.
“Mbak sama mas Gusti mau kemana? aku boleh ikut ?” tanya Jessica tanpa menjawab pertanyaanku sebelumnya.
“Boleh kok, kamu udah makan belum, ikut kita aja sekalian.” Jawabku tanpa persetujuan pemilik mobil.
Mas Gusti mengerutkan keningnya, karena keputusanku. tapi aku tidak peduli. Bagiku, bersama sepertinya lebih menarik.Selama perjalanan menuju resto, suasana mobil pun menjadi hening. Kami bertiga diam. tak ada satupun yang mencoba membuka pembicaraan sampai mobil parkir di resto yang kami tuju.
Kami memesan menu yang ada di resto. Tampak Jessica yang kebingungan dan merasa bersalah. Aku masih belum tau apa tujuan Jessica mengikuti aku dan Mas Gusti, yang jelas Jessica seperti ingin menjelaskan sesuatu. Begitu juga dengan Mas Gusti, seperti sedikit kesal dengan tindakanku.
Suasana sedikit dingin dan canggung. Bahkan sejak kami tiba memesan makanan, dan mulai menghabiskan pesanan, tak ada satupun yang bersuara. Jessica pun terlihat bersalah sambil memperhatikan gerak - gerik aku dan Mas Gusti. Kuputuskan untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu.
“Ehemmmm, ini mendadak sariawan semua atau gimana sih ? kok pada diem,” tanyaku dengan ekspresi becanda meskipun Mas Gusti tetap terlihat kesal.
“Hmmm, anu mba, anu, itu mbaak, itu,” jawab Jesica yang gugup.
“Minum dulu minum dulu jes, jangan gugup gitu, ada apa sih, cerita aja sama kita, siapa tahu kita bisa bantu,” jawabku tanpa curiga dengan sikap Jesica.