Mobil Mas Gusti berhenti di sebuah ruko. Ruko tersebut adalah ruko milik seorang teman kuliah ku yang bernama Akbar. Sebelumnya aku dan Akbar cukup terbilang dekat karena teman organisasi semasa kuliah.
“Mas, mau nunggu atau ikut ?” tanyaku kepada Mas Gusti dengan sumringah, karena sudah makan.
“Boleh ikut?”
“Boleh kok, lagian cuma temenku cowok, biar ga canggung ikut aja mas.” jelasku pelan.
Aku dan Mas Gusti bergegas menuju ruko tersebut. Sampainya disana Akbar menyambutku dan Mas Gusti.
“Kenalin Bar, ini atasan gue dikantor Mas Gusti.” ucapku sambil mengarah ke Mas Gusti.
Mas Gusti tersenyum.
“Silahkan duduk Fay, Mas.” terang Akbar.
“Jadi gimana Bar, elu mau ngomong apaan ?
“Gini Fay, lu kan dulu pengen bisnis, gue ga tau lu mau ngerintis sekarang atau kapan, ini ruko gue, kalau lu berminat, gue kasih potongan dari harga umum Fay, soalnya gue lagi butuh banget duit. Itu pun lu kalau berminat. Kalau lu ga keberatan juga mungkin lu mau buat studio foto. Gue kan suka fotografi.” jelas Akbar menjelaskan.
“Bar, gue pikir - pikir dulu yaa, kasih gue waktu sampai besok malam. Malam Gue kabarin.” terangku sambil beranjak dari tempat duduk.Aku pun dan Mas Gusti berpamitan. Karena lelah dengan apa yang terjadi hari ini, Mas Gusti langsung mengantarkanku pulang tanpa basa basi panjang.
Aku tiba dirumah kurang lebih pukul 9 malam. Rumah masih terlihat terang, tampak mobil Tante Irma yang masih terlihat disana.
“Aku pulang, Assalamualaikum.” ucapku
“Loh nduk, kok ga disuruh masuk dulu, kamu habis dari mana?” tanya tante - tante yang sangat tidak kusukai keberadaannya.
“Maaf tant, aku capek, kerjaanku banyak. Kalau mau ngobrol sebaiknya besok saja.”
“Loh nak, sudah pulang, kamu kok pucat ? Makan dulu nak?” Jawab Ibuku yang ternyata masih belum tidur.
Ku hampiri Ibu di sudut ruangan, sambil mencium tangannya.
“Faya gapapa Bu, Faya lelah, hari ini banyak banget yang bikin rumit. Eh Ibu ati - ati ya, jaga kesehatan. Tadi Faya lihat TV katanya virus corona sudah masuk ke Indonesia.”