SEPEREMPAT ABAD

Fiska Esi
Chapter #10

Kecewa

TIN TIN TIN

Suara klakson mobil mas Gusti pagi ini memekakkan telinga kami yang berada didalam rumah. Tak lama setelah itu dia mengetuk pintu sekaligus berpamitan pada Ibu. Untungnya tante - tante berisik itu sudah pergi tadi subuh.

“Eh temennya Faya ya, sudah punya pacar belum ? kalau belum ini anak tante jomblo nih, jomblo akut malah.” ucap Ibu tanpa rasa bersalah. Aku hanya menatap Ibu dengan kesal. Pastinya aku malu sendiri dengan mas Gusti. 

“Oh iya gitu tante? Oh ya pantes sih tante, orang dia cuek, makanya jomblo, galak pula.” Balas mas Gusti dengan tatapan mengejek.

“EHem, kalau mau ghibahin Faya mending Mas Gusti saja yang jadi anak Ibu, ucapku kesal.

Mas Gusti dan Ibu tertawa lepas. Senang sekali rasanya. sepertinya Mas Gusti mampu meluluhkan hati Ibu. Ah entahlah, aku harus fokus hari ini.

“Faya berangkat ya bu, doakan Faya semoga presentasi hari ini berjalan dengan lancar.” ucapku dengan nada khawatir.

“Ibu doakan kamu nak, apapun yang terjadi, kamu sudah berusaha keras, sisanya Allah yang menentukan.” ucap Ibu mencoba menenangkanku.

“Faya dan Mas Gusti berangkat ya bu, Assalamualaikum.” ucap ku diikuti suara salam mas Gusti.

Pagi ini memang Mas Gusti menjemputku lebih awal dibanding biasanya. Kita sepakat untuk berangkat lebih awal mempersiapkan ruangan untuk presentasi nanti. 

Sesampainya dikantor, semua orang memperhatikan kami. Pastinya Pak Nur sudah tau kalau berkas yang hilang sudah dikirim ke rumah Mas Gusti. Aku dan Mas Gusti berusaha setenang mungkin untuk hari ini. 

***

Baiklah, dari sekian perusahaan yang sudah presentasi hari ini, kami memutuskan bahwa yang lolos untuk melaksanakan projek kami adalah PT Abadi Cahaya, mohon maaf kepada tuan rumah, khususnya PT. Cahaya kreatif kami tidak dapat melanjutkan kerjasama. Terimakasih sudah bersedia menyambut kami untuk projek ini.

Tatapanku nanar, aku hanya bisa lemas. Semuanya sia - sia kah ? Meski kompetitor kami berbeda, tapi idenya diluar dugaan ku dan Mas Gusti. Rasanya ada yang tidak beres memang. Kenapa begitu? Sebab hampir dari yang mereka presentasikan mirip dengan kami.

“Maaf Pak, kenapa PT abadi cahaya yang menerima projek ini? kenapa bukan kami? tolong jelaskan dimana letak kesalahan kami.” ucapku dengan intonasi suara yang meninggi.

Pak Nur dan Mas Gusti hanya diam memperhatikanku. Sementara tampak salah satu tangan mereka memegang kepala tanda mereka sudah kecewa dengan hasil pemilihan vendor hari ini.

“Maaf Mbak, ini sudah keputusan kami, dan untuk perusahaan terpilih konsepnya mirip dengan konsep kalian, namun karena jangkauannya lebih luas, dan target marketnya lebih potensial kami dengan berat hati harus memilih mereka.” ucap tim yang sudah memutuskan untuk tidak memilih pihak kami untuk bekerja sama.

“Pak kok bapak diam saja sih pak, saya sudah mengorbankan waktu saya, lalu semuanya kembali tiba - tiba. Ada yang ga beres ini pak.” ucapku kepada Pak Nur.

Pak Nur hanya terdiam, dan kemudian meninggalkan ruangan. Mas Gusti pun berusaha menenangkanku. Mataku meneteskan air mata hingga mas Gusti mengeluarkan sapu tangan dari dompetnya lalu meletakkannya didepanku.

“Tuh di lap dulu air matanya, air matamu terlalu berharga buat nangisin projek kayak gini. Meski aku curiga ada yang ga beres, tapi ga seharusnya kamu larut  sampai kayak gini Fay.” ucap mas Gusti yang berusaha menenangkanku.

“Tapi mas, aku ngerasa Pak Nur membenciku.” ucapku dengan terbata - bata. Air mataku tak bisa ku tahan. Selama empat tahun aku mengabdi pada perusahaan, baru kali ini projek gagal. Tak hanya itu, kegagalan ini membuat perusahaan hilang kesempatan untuk mendapatkan sponsor. Rasanya sesak dan kecewa sekali. Bukan karena tak pernah gagal, tapi aku merasa ada yang janggal. Firasatku pun tak enak, entah akan ada kejadian apa setelah ini.

“Fay, percaya sama aku, semua akan baik - baik saja. Keluar yuk, ga enak diliatin sama orang - orang. Nanti dikira aku habis ngapain kamu.” ucap Mas Gusti.

Kami sepakat meninggalkan ruangan presentasi. Begitu kami sampai di koridor, suara sinis mengikuti dari belakang.

“Ehem! Sekarang kemana - mana nempel ya, aduh jadi ngiri. Cari - cari kesempatan yaa? Projek gagal  jadi nempel - nempel nih.” ledek Sissy didepan mataku.

Lihat selengkapnya