SEPEREMPAT ABAD

Fiska Esi
Chapter #11

Kecewa 2

Berikut adalah jumlah pasien positif covid yang jumlahnya terus bertambah. Untuk warga dihimbau menggunakan masker dan jangan lupa jaga kebersihan. Pastikan cuci tangan pakai sabun. Diharapkan warga tetap menjaga kebersihan dan menghindari keramaian.

Suara berita pagi di televisi membuatku sedikit mengernyitkan dahi. Ternyata virus tersebut sudah sampai di Indonesia. Meski begitu, karirku lebih penting hari ini. Sebab hari ini adalah hari dimana hidup dan mati perusahaan ada ditanganku. Entah kenapa perasaanku begitu tak enak, ditambah aku tidak bisa tidur semalaman. Ah sudahlah, dibanding hanyut dalam kekhawatiran lebih baik untuk segera berangkat ke kantor. 

“Bar, nanti ketemu di ruko aja jam 9 Malam. Gue belum tau nih pulang jam berapa. Oh iya, kalau lu ga keberatan tolong anterin gue pulang sekalian ya. Thanks Akbar mantan pujaan hati :p” Ledekku dipesan Whatsapp.

“Oh mulai menanggapi nih, siap bu Bos, laksanakan!” balas Akbar dengan singkat.

***

Mas Gusti datang lebih awal dibandingkan aku. Tak lama setelah itu, Mas Gusti mengumpulkan kami ruang meeting. Dan benar, firasat semalam tidak salah. Dari sekian projek hanya projek mas Gusti yang tembus diterima client. Tentu saja menjadi salah satu sumber tambahan pemasukan kantor. Sementara aku dan yang lainnya tidak berhasil mendapatkannya. Ya, aku gagal menjadikan kantor ini sebagai vendor pembuatan animasi pembelajaran. 

Dibarengi kabar buruk yang berpengaruh terhadap kebutuhan perusahaan, Pak Nur datang untuk memberikan informasi tambahan yang berkaitan dengan perusahaan. Suasana seketika menjadi tegang. Tak hanya itu, tanganku berkeringat, jantungku berdebar. Apakah karirku akan sampai disini saja karena tidak mendapatkan proyek lainnya ? .

“Dengan berat hati saya memutuskan, untuk melakukan pemberhentian karyawan. Selain keuangan perusahaan yang tidak baik, anjuran untuk work from home membuat saya harus memutuskan keputusan berat. Tidak ada karyawan yang tidak baik di sini, tetapi keputusan ini adalah keputusan terberat dalam hidup saya dan saya tidak ingin mengorbankan banyak orang. Saya minta maaf jika kalian salah satunya. HRD akan memberikan amplop yang berisi surat keputusan atas persetujuan saya. Dan saya harap kalian memaklumi situasi sekarang. Tapi tenang, kantor sudah mempersiapkan uang saku untuk kalian yang akan diberhentikan atau dirumahkan sementara waktu.”

Pak Nur keluar dari ruangan tersebut tanpa tanda tanya dan perkataan apapun. Tak ada yang bersuara setelahnya. Orang - orang pun banyak diam dan saling bertatapan dengan lainnya sambil saling menebak siapa yang termasuk didalam pemberhentian tersebut. Badanku lemas, tenggorokanku kering. Apakah aku salah satu yang akan dirumahkan ? Semoga tidak seburuk itu. 

Aku tidak berani untuk membuka amplop tersebut usai sepulang kerja. Ya, aku pikir semua akan baik - baik saja, meski kekhawatiranku memuncak dan suasana kantor tidak senyaman biasanya. Malam ini aku masih harus menyelesaikan sisa - sisa pekerjaan yang sempat tertunda. 

Seperti yang sudah direncanakan, aku memutuskan untuk menemui Akbar. Kali ini aku berangkat dari kantor hanya sendiri tanpa Mas Gusti. Entah kemana atasanku yang menjadi pujaan hati salah satu staffku, yang pasti kali ini kami tidak bersama.

Aku tiba di kantor Akbar satu jam lebih awal dari rencanaku. Pastinya sudah melalui persetujuan Akbar. Kami melanjutkan percakapan tentang rencana pembukaan bisnis kami. Dengan perasaan tidak enak atas kejadian hari ini, aku berusaha tetap terlihat baik - baik saja di depan Akbar.

Tidak hanya itu, Akbar juga memperkenalkan temannya yang akan membantu kami nantinya, sebut saja Mawar. Aku, Akbar, dan juga Mawar bercerita panjang kali lebar. Mulai dari perencanaan dan juga projek apa saja yang akan kami tangani. 

“Fay, lu bukannya mau bikin warung jus juga yah ? ini tempatnya strategis banget loh.” ucap Akbar mencoba mengingatkan ku tentang perencanaan kemarin.

“Nanti aja Bar, kita lihat dulu. Soalnya kalo warung jus ga sembarangan atuh Harus ngeluarin modal juga, itu nanti kalau gue dah dapat projek gede. untuk projek pertama nya gue udah dapat kenalan Bar, dia temen komunitas gue. Dia rencana mau pesen photobook untuk komunitas berbagi sesama sekitar 50 pcs. Kalau diitung - itung senilai 10 - 15 juta lah. Tapi fotonya mereka minta kita yang datang. Besok kalau deal, lu tolong wakilkan gue yaa. Terus untuk Mawar, tugas nya nanti bantu Akbar dulu, sekaligus buat konsep bareng TIM temen gue, namanya Bang Ahmad. Keputusannya sih malam ini, kalau dia ga berhalangan."

Belum selesai aku mengakhiri ucapanku, teman komunitas yang sudah kusebut tadi menelponku. 

“Halo Fay, kamu dimana? Bang Ahmad bisa ketemu kamu ga ? Buat bahas projek yang dulu pernah bang Ahmad ceritakan.” ucap Bang Ahmad ditelepon.

“Oke bang, aku diruko, nanti bang Ahmad kesini aja. Aku sama tim udah disini kok.”

Bang Ahmad menghentikan telponnya tak lama kemudian beliau sampai. Untuk konsumen photobook pertama ku memang dari orang terdekat yang pernah membahas ini sebelumnya beberapa bulan yang lalu. Ketika muncul ide photobook ini di kepalaku, aku langsung menghubungi nya tanpa basa basi panjang lebar. Karena kami sering bertemu dan cukup kenal, Bang Ahmad dengan mudah mempercayai ku. 

Beberapa saat setelah telpon ku terputus, Bang Ahmad tiba. Kami berempat langsung membicarakan konsep, jadwal foto dan juga administrasi. Tanpa pikir panjang Bang Ahmad langsung melunasi pembayaran karena benar - benar sudah mempercayaiku.

“Fay, ini uangnya ya, buat biaya akomodasi dan sebagainya. Ntar kalau ada kendala kabarin ya Fay. Kalau gitu aku pamit ya. Fix hari senin kita pemotretan. Oh iya kalau begitu Bang Ahmad pamit. Kalau ada perubahan kabarin kita ya Fay” ucap Bang Ahmad sambil meninggalkan ruangan dan bersalaman dengan kami.

Semua sudah tercatat, dan sudah tertulis kesepakatan. Aku menyerahkan semua teknis dan jadwal terkait pemotretan kepada Akbar. Dengan melunasi pembayaran ruko dan beberapa bagian untuk biaya transportasi Akbar. Pastinya Hal tersebut sudah melalui persetujuan Ibuku. 

Semua kebutuhan projek pertamaku sudah selesai. Tanpa berlama - lama lagi, Akbar mengantarku pulang. suasana gelapnya jalanan malam dan sunyi membuatku berfikir panjang dengan kejadian hari ini. Semoga semua berjalan lancar.

Selama perjalanan aku dan Akbar tidak terlalu banyak bicara. Hingga Akbar membuka pembicaraan terlebih dahulu.

“Fay, cowok lu siapa sekarang?” tanya Akbar

“Sok akrab lu tanya tanya gue Bar, kenapa ? mau nikahin gue ? ah paling ga berani.” ledekku kepada Akbar.

“Sialan lu Fay, berani aja, tapi keuangan gue lagi ga bagus. Makannya gue sewa dengan murah ruko gue ke elu, ya itung - itung ngebantu lu lah Fay.” ucap Akbar.

“Ngebantu gue ? ga salah ? hello?? Lu dari dulu ga berubah yaa, bikin gue merasa bangga, ga jadian sama elu dulu.” ucapku

Lihat selengkapnya